Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pangeran Lelembut Dihukum Cinta

26 Agustus 2018   19:25 Diperbarui: 26 Agustus 2018   20:10 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

----

Banas merasa hari sangat panas sekali.  Ingin rasanya menceburkan diri ke kolam renang di depannya ini.  Tapi dia menahan keinginannya.  Dia sedang memata-matai Ganda.  Pacar Lingsir yang sekarang sedang asyik berenang.  Rupanya pacar Lingsir ini seorang atlet.  Tubuhnya sangat berotot dan atletis.  Tinggi besar.  Banas tidak iri.  Dia bukan penyuka olahraga berat. Paling-paling dia memilih untuk ngegym sesukanya saja.  Dia tidak sangat berotot namun selalu merasa fit untuk melakukan apa saja.  Apalagi Banas suka sekali meditasi.  Itu menjaga staminanya dengan baik.

Banas lebih suka membaca karya-karya sastra adiluhung.  Baik yang ditulis oleh sastrawan lelembut maupun manusia.  Dan melihat betapa Lingsir sangat menyukai membaca, Banas masih optimis bisa merebut perhatian gadis itu.  Bukankah hobi yang sama bisa membangun sebuah chemistry yang luar biasa?  Banas sangat bersemangat bila mengingat ini!

----

Banas sudah bertekad bulat.  Kemarin dia sempat menanyakan kepada paranormal lelembut.  Katanya jodoh Banas adalah seorang gadis misterius yang sudah punya pacar bertubuh kekar.  Wah siapa lagi kalau bukan Lingsir.  Gadis itu memang misterius.  Banas sulit sekali mengendus keberadaannya.  Seolah gadis itu siluman saja.  Dia hanya sempat sekali memergoki gadis itu sedang tekun membaca di perpustakaan kota.  Itupun Banas tidak sengaja. 

Dia sedang mencari referensi buku untuk mata kuliah tentang manusia yang wajib diikutinya. Perilaku Manusia Menghadapi Tekanan.  Ini mata kuliah yang sangat sulit.  Dosennya adalah hantu yang cukup killer.  Karena itu Banas sangat serius mempersiapkan mata kuliah penting ini.  Setelah ini Banas tinggal menyusun skripsi.  Jika tak ada aral melintang, tahun depan dia sudah bergelar Sarjana Teknik Menaklukkan Manusia.  Sebuah gelar yang sangat prestisius di kalangan lelembut.

Dilihatnya gadis cantik berambut panjang itu duduk di kursi paling sudut.  Di sebelahnya juga duduk diam membaca. Gadis sahabat Lingsir yang bernama Lea itu.  Ah kapan lagi kalau tidak sekarang?  Selama janur kuning belum melengkung, Banas akan menyampaikan perasaannya.  Biarlah pria saingannya yang bernama Ganda itu marah.  Dia akan dengan jantan menghadapinya.  Lagipula dia bisa mengerahkan anak buahnya untuk menakut-nakuti Ganda.  Pasti pria berotot itu akan lari terbirit-birit.  Hihihi, Banas mengikik dalam hati.  Urusan sepele.

Banas celingak celinguk.  Perpustakaan manusia ini besar dan sepi.  Tidak ada satupun manusia selain Lingsir dan Lea.  Manusia sekarang tak lagi gemar membaca, pikir Banas gemas.  Sayang sekali buku-buku bermutu teronggok sia-sia.  Banas mengambil sebuah buku yang cukup berat.  Pemikiran-pemikiran Sigmund Freud.  Pastilah Lingsir akan terkesan dengan ini. 

Saking bersemangatnya, Banas lupa membalik kalungnya.  Dia sudah terlanjur berdehem lirih.  Kedua gadis itu menoleh ke arahnya dan nampak bengong.  Entah kagum entah ketakutan.  Banas menarik kursi persis di depan Lingsir.  Diletakkannya buku Sigmund Freud di meja.  Lingsir melirik buku tersebut sekilas.  Banas kembali merasa melambung tinggi.  Lingsir pasti terpesona dengan bacaannya.

"Halo namamu Lingsir kan?  Perkenalkan aku Banas.  Aku pengagum rahasiamu.  Bahkan aku yakin sekali aku sampai pada fase jatuh cinta kepadamu," tanpa tedeng aling-aling lagi Banas menyampaikan perasaan.  Banas berpikir di zaman modern ini, tak ada salahnya main tembak langsung.

Lingsir dan Lea saling pandang.  Lingsir menatap mata Banas dalam-dalam.  Suaranya yang merdu melemparkan pertanyaan singkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun