Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berdansa bersama Hujan

12 Agustus 2018   19:58 Diperbarui: 12 Agustus 2018   20:16 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wallpapersshock.com)

Sebelum berdansa denganmu.  Aku hendak berdansa dengan hujan.  Aku akan berlatih bagaimana menyentuh kedinginan.  Juga menghindar dari sergapan titik air serupa rintik kenangan yang bersisi tajam.

Menunduk, meliuk, dan memeluk hujan secara bergantian.  Tak ubahnya sebuah tarian yang lengkap dalam menolak bala, menyingkirkan duka dan mendekatkan cinta.  Seperti ketika kau membidikkan prasangka, melemparkan tuduhan dan menggenggam hati sekencang lolongan serigala.

Aku mau hujan ini menyiramiku dengan decak tari Kecak dan bukan Salsa.  Aku lebih suka hujan mengajariku gemulai Serimpi bukannya Kabuki.  Aku akan mengikutinya dalam ritme Jaipong dan bukan irama Flamenco.

Tanah basah adalah lantai tempat berdansa.  Aku ingin berkecipak bersama hujan laksana angsa.  Musik pengiringnya adalah suara tambur saat hujan menghantam aspal jalanan, melodi cantik ketika menjatuhi bubungan, dan gamelan lirih waktu gerimis nyaris bermatian.

Berdansa bersama hujan.  Apalagi dalam kegelapan.  Benar-benar kesempurnaan dari sebuah suasana yang sanggup menghilangkan kesunyian yang membawa serta kegamangan.

Bogor, 12 Agustus 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun