Anak-anak gunung yang berayah kawah dan berbunda belantara. Menyesap sisa-sisa udara tipis yang mulai dijarah kabut. Merasakan dingin di paru-paru sebagai bagian dari bakti terhadap pepohonan. Mereka tinggal di situ. Mereka harus menyerupai batu-batu.
Anak-anak gunung yang hatinya diasah taring harimau. Berlindung di balik semak seolah landak yang sedang marah. Mereka diajari menjadi pejuang oleh duri. Menoreh ujungnya yang tajam di kedalaman hati.
Anak-anak gunung yang belajar terjun dari ketinggian dengan melompati ngarai demi ngarai. Menumbuhkan sayap merpati di pundaknya. Agar bisa berkirim kabar ke seluruh dunia. Anak-anak gunung adalah penakluk dan bukan burung pungguk.
Anak-anak gunung yang tekun menganyam rotan sebagai alas tidurnya. Berayun dari akar ke akar. Melilitnya ke pinggang sebagai simbol keberanian besar. Menantang angin berpacu. Mana yang lebih dulu berhasil menguasai waktu.
Anak-anak gunung yang memintal petir menjadi cemeti. Mencambuk penderitaan jauh-jauh pergi. Gunung ini adalah tempat terhormat. Tidak siapapun boleh merambahnya dengan khianat.
Bogor, 20 Juli 2018