Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

5 Babak Belajar tentang Duka

16 Juni 2018   23:21 Diperbarui: 17 Juni 2018   00:21 1923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1) Semenjak kapan.  Kau berlangganan airmata.  Menangisi kepergian bulan.  Dan mengiba pada duka yang melipat hatimu menjadi dua.  Bukankah lebih baik jika kau menulis bulan yang pergi.  Dengan puisi menarik hati.  Dan menggembala setiap duka yang tiba.  Dengan cara mengikatnya pada batang kemangi.  Supaya wangi. 

2) Kau tahu.  Duka yang wangi akan terasa lezat.  Airmata yang wangi akan serasa pesta.  Jadi setiap saat kau akan bergembira.  Menatap cermin dan berkata; jika duka memang harus berairmata, maka airmataku adalah tawa.

3) Sekarang kau sudah belajar tegar.  Merapikan pagar di hatimu dengan tagar #dukaadalahtawa.  Mudah bukan?  Atau jikalau kau ingin lebih.  Bagaimana mengurai segenap letih.  Lihatlah bayanganmu saat siang.  Dia tidak pernah mengeluh karena harus mengikutimu kemana-mana.  Tanpa harus diupah.  Semuanya cuma-cuma.  Jadi untuk apa lelah karena berduka?

4) Lebih jauh lagi tentang duka.  Itu adalah timbangan.  Juga pasangan.  Tak boleh salah satu berlebihan.  Suka-duka, tangis-tawa, ceria-nestapa.  Satu sama lain saling mengikat.  Karena jika tidak, maka airmata bisa saja hanya punya makna air dari mata.  Bukan simbol duka yang mengalir dari mata.

5) Terakhir.  Jangan lagi berlangganan airmata.  Percuma.  Menangislah seperlunya.  Terutama jika kau menjumpai keterasingan, kelaparan dan peperangan.  Cukup itu saja.  Sebagian besarnya gunakan untuk menangisi orangtua.  Kapan kau bisa membahagiakan mereka.  Atau memohon surga untuk mereka.

Bogor, 16 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun