Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kalimat Perpisahan Burung Pengabar Duka

13 Juni 2018   23:12 Diperbarui: 13 Juni 2018   23:29 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini kalimat perpisahan yang disampaikan gagak pada berita kematian yang dibawanya; aku tak hendak lagi mengabarkan duka bagi orang-orang.  Cukup lama aku menjadi mitos belasungkawa.  Ijinkan aku kini membawa berita gembira.

Burung gagak lalu terbang memandikan sayap-sayapnya di mata air yang keluar dari akar-akar pohon raksasa. Ingin sekali membersihkan warna hitam yang selama ini dikira jelaga.  Sabunnya dari perasan buah nira.  Untuk bisa menyiarkan kabar manis yang tidak biasa.

Burung-burung itu berkeliling ke seluruh dunia.  Di setiap peperangan mereka mengabarkan kebaikan baratayuda.  Di setiap kelaparan mereka mengabarkan roti dan kurma.  Di setiap kedukaan mereka mengabarkan cerita jenaka.  Di setiap kematian mereka mengabarkan surga.

Jika airmata tetap tertumpah berkolam-kolam.  Burung-burung itu habis meminumnya.  Menyemburkan uap-uap airnya di sore yang terang.  Bersamaan dengan gerimis datang.  Menjadi bianglala yang gemilang.

Jika gerutu dan ratapan tetap segaduh lautan.  Burung-burung itu mengeluarkan nyanyian.  Tentang suka cita kemarau ketika menyambut hujan.

Bogor, 13 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun