Coba rasakan apa yang merayapi setiap bulu-bulu halus di tubuhmu. Â Ketika orang yang berdiri tepat di depanmu melemparkan ayat-ayat ke udara melalui mulutnya yang berbau kurma bekas berbuka. Â Maka punahlah tembang apapun selama ini yang kau anggap sebagai termerdu di dunia.
Selanjutnya kau harus menahan airmata agar tidak tertumpah begitu saja ketika ayat-ayat itu sampai ke jantungmu. Â Bersatu dengan detak nadimu. Â Kau sebut itu sebagai biangnya rindu. Â Kepada Yang Meniupkan Ruh di jiwamu.
Kau seperti orang yang tertidur seumur hidup lalu dibangunkan oleh bisikan ayat-ayat itu di telinga. Â Menggugah. Â Sekaligus menyanggah. Â Ada perkara lain selain harus memperjuangkan kehidupan. Â Yaitu setelahnya bagaimana cara menegakkan kematian.
Ayat-ayat itu bertugas sebagai agen rahasia. Â Menyelidiki di tempat mana kau berdiri selama ini. Â Menelisik setiap perilaku sinting yang barangkali sering kau terapkan berulangkali. Â Memecahkan misteri yang menghuni benakmu selama ini atas peristiwa dan kejadian yang kau lakukan lalu kau simpan dalam -dalam.
Merinding. Â Dalam hening. Â Saat agen rahasia itu membuka secara terang benderang. Â Mengingatkan. Â Sekaligus merapalkan. Â Mantra-mantra tertinggi di dunia guna menyentuh hulu kesadaran. Â Â
Ini cerita mengenai agen rahasia yang mengudar begitu banyak rahasia. Â Bagaimana semesta ini diciptakan. Â Bagaimana kata sementara itu tegas dinyatakan. Â Bagaimana keabadian itu sayup-sayup akan mendatangi setiap orang. Â Setelah semua kepastian pada akhirnya mengakhiri zaman.
Jakarta, 22 Mei 2018