Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayat-ayat itu Ternyata Agen Rahasia

22 Mei 2018   22:13 Diperbarui: 22 Mei 2018   22:17 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Coba rasakan apa yang merayapi setiap bulu-bulu halus di tubuhmu.  Ketika orang yang berdiri tepat di depanmu melemparkan ayat-ayat ke udara melalui mulutnya yang berbau kurma bekas berbuka.  Maka punahlah tembang apapun selama ini yang kau anggap sebagai termerdu di dunia.

Selanjutnya kau harus menahan airmata agar tidak tertumpah begitu saja ketika ayat-ayat itu sampai ke jantungmu.  Bersatu dengan detak nadimu.  Kau sebut itu sebagai biangnya rindu.  Kepada Yang Meniupkan Ruh di jiwamu.

Kau seperti orang yang tertidur seumur hidup lalu dibangunkan oleh bisikan ayat-ayat itu di telinga.  Menggugah.  Sekaligus menyanggah.  Ada perkara lain selain harus memperjuangkan kehidupan.  Yaitu setelahnya bagaimana cara menegakkan kematian.

Ayat-ayat itu bertugas sebagai agen rahasia.  Menyelidiki di tempat mana kau berdiri selama ini.  Menelisik setiap perilaku sinting yang barangkali sering kau terapkan berulangkali.  Memecahkan misteri yang menghuni benakmu selama ini atas peristiwa dan kejadian yang kau lakukan lalu kau simpan dalam -dalam.

Merinding.  Dalam hening.  Saat agen rahasia itu membuka secara terang benderang.  Mengingatkan.  Sekaligus merapalkan.  Mantra-mantra tertinggi di dunia guna menyentuh hulu kesadaran.   

Ini cerita mengenai agen rahasia yang mengudar begitu banyak rahasia.  Bagaimana semesta ini diciptakan.  Bagaimana kata sementara itu tegas dinyatakan.  Bagaimana keabadian itu sayup-sayup akan mendatangi setiap orang.  Setelah semua kepastian pada akhirnya mengakhiri zaman.

Jakarta, 22 Mei 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun