Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Sungai Batanghari Berpusar-pusar

15 Mei 2018   15:20 Diperbarui: 15 Mei 2018   18:22 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: noosadreamboats.com.au

Dingin.  Menari-nari di antara sunyi.  Di pinggiran kali Batanghari.  Ketika matahari berlutut rendah.  Enggan menampakkan wajah.   Hanya mendermakan cahaya sepenggalah. 

Mungkin sedang berduka lara.  Banyak kematian.  Mulai dari hutan yang bertumbangan.  Sungai keruh kecoklatan.  Hingga nyawa manusia berkali-kali digadaikan.

Sungai Batanghari berpusar-pusar.  Terhenti di sebuah lubuk di sebuah tikungan.  Banyak sampah yang mesti diangkut.  Mulai dari timbunan plastik hingga tumpukan rumput. 

Barangkali masih ada harapan secercah.  Ketika laut menjadi pabrik pengolah.  Sampah yang meruah.  Digiling oleh gelombang pasang.  Diperebutkan ikan-ikan.  Insangnya terjerat plastik.  Menghiasi permukaan laut dengan tubuh-tubuh bersisik.  Mengambang.  Berhenti berenang.

Hidup bisa setragis lembah tigris.  Dulunya savana lalu berubah menjadi padang tundra.  Mempetikan semua yang hidup ke dalam titik beku.  Mengubur semua yang mati menjadi fosil membiru.  Lumpuh dan bisu.

Jambi, 15 Mei 2018 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun