Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ini Untukmu

16 April 2018   09:17 Diperbarui: 16 April 2018   09:37 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untukmu yang pernah mengadukan kelelahan pada bulan.  Aku kirimkan malam untukmu.  Masukkan dalam kelambu.  Cumbuilah seolah itu adalah kekasihmu.

Untukmu yang terlalu lapar pada kata kasihan.  Aku sampaikan cerita tentang kekenyangan.  Orang-orang yang menelan mentah khayalan.  Mengaduknya dalam perut seakan itu adalah irisan buah Jatropha.  Menikmatinya dengan seksama.  Lalu memuntahkannya begitu tahu itu buah berbisa.

Untukmu yang suka memanen kesedihan dari airmata hujan.  Aku gali lubang untukmu berkubang kenangan.  Terlalu banyak barangkali yang harus dikenang.  Sehingga kau lupa pada titik yang sedang kau jelang.

Untukmu yang sering menyumpahi sunyi.  Ini adalah suara telaga.  Tenang dan tak menenggelamkan.  Berenanglah di sini.  Kau akan disambut teratai yang sedang menari.

Untukmu yang selalu menolak kegaduhan.  Terimalah salam dari angin ribut dan badai yang tersudut.  Dengarkan baik-baik.  Ternyata mereka sedang berdebat tentang cinta yang terbaik. 

Jakarta, 16 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun