Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Lahir Batin Prolet; Musik dan Tarian yang Hampir Punah

23 Oktober 2017   12:52 Diperbarui: 23 Oktober 2017   13:01 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya tamu yang ditunggu-tunggu berdatangan.  Tepat waktu.  Semua orang menyambut dengan wajah riang.  Semua sadar bahwa mitra bisnis yang datang ini bisa membawa berkah bagi perusahaan jika semua bersikap ramah.

Semua bos-bos termasuk Tuan Puteri, Bos Kecil, Pak Adm, dan yang lain, duduk bersama tamu yang rata-rata bule di aula.  Prolet sebenarnya agak gugup.  Bagaimana jika pertunjukan yang diadakan tidak menarik perhatian para tamu?  Bisa celaka tigabelas!

Setelah berbasa basi sejenak sambil menikmati cicipan makanan ringan dan minuman segar, Tuan Puteri menyampaikan bahwa akan ada sebuah pertunjukan penyambutan tamu penting.  ini sekaligus menjadi tanda bagi Prolet untuk memulai. 

Masuklah kemudian anak-anak santri sekitar sepuluhan orang mengambil tempat di depan benda besar yang masih terbungkus kain.  Masing-masing dari mereka memegang benda panjang yang juga masih tertutup kain.

"Tuan, nyonya dan nona sekalian! Perkenankan kami membawakan sebuah pertunjukan tradisional Indonesia yang saat ini mendekati punah.  Tari ini sengaja kami tampilkan untuk mengingatkan kita semua bahwa kesenian adilihung penuh filosofi dari Indonesia itu banyak yang tertinggalkan oleh zaman sehingga hampir punah,"   Prolet berhenti sebentar untuk mengambil nafas.

"Saya ingin secara pribadi memulai menginventarisir kesenian-kesenian asli Indonesia yang jarang lagi dipentaskan, bahkan mungkin sudah mulai dilupakan.  Jikapun para pimpinan berkenan, setiap bulan bisa diadakan acara gathering sambil menikmati pertunjukan kesenian yang langka dan hampir punah agar bisa dihidupkan kembali pelan-pelan," Prolet menatap semua yang hadir dengan penuh semangat.  Pidato pendeknya selesai!

Prolet memberi tanda.  Sepuluh santri itu lalu serentak membuka bungkusan dan mulai bermain musik dan tari tradisional.  Tari Lesung dari Banten!

Semua yang hadir bengong.  Bos Pantry malah mencibir dalam hati.  Untuk acara sepenting ini kenapa Prolet malah menampilkan pertunjukan menumbuk padi? Orang gila!

-------

Suara lesung ditumbuk alu kemudian berkumandang.  Begitu rancak.  Iramanya yang khas membuat suasana hati dibawa bergembira dan bersemangat.  Para tamu dan Tuan Puteri mengangguk-angguk puas sambil mengetukkan sepatu mengikuti irama tetabuhan lesung.  Bahkan dua orang tamu bule perempuan berdiri lalu menggerakkan tubuhnya menari.

Tamu yang lain tak mau kalah.  Salah satu pimpinannya menarik tangan Tuan Puteri untuk berdansa diiringi irama lesung.  Suasana benar-benar menjadi meriah.  Musik dan tari Lesung berlangsung hingga tengah hari.  Kecuali Bos Pantry dan Sahwat yang masih cemberut, semua orang terlihat sangat menikmati tarian sederhana namun memikat itu.  Prolet berkaca-kaca.  Dia perlu kaca untuk memastikan segembira apa mukanya.  Dia bahagia.

-------

Jakarta, 23 Oktober 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun