Akhirnya tamu yang ditunggu-tunggu berdatangan. Â Tepat waktu. Â Semua orang menyambut dengan wajah riang. Â Semua sadar bahwa mitra bisnis yang datang ini bisa membawa berkah bagi perusahaan jika semua bersikap ramah.
Semua bos-bos termasuk Tuan Puteri, Bos Kecil, Pak Adm, dan yang lain, duduk bersama tamu yang rata-rata bule di aula. Â Prolet sebenarnya agak gugup. Â Bagaimana jika pertunjukan yang diadakan tidak menarik perhatian para tamu? Â Bisa celaka tigabelas!
Setelah berbasa basi sejenak sambil menikmati cicipan makanan ringan dan minuman segar, Tuan Puteri menyampaikan bahwa akan ada sebuah pertunjukan penyambutan tamu penting. Â ini sekaligus menjadi tanda bagi Prolet untuk memulai.Â
Masuklah kemudian anak-anak santri sekitar sepuluhan orang mengambil tempat di depan benda besar yang masih terbungkus kain. Â Masing-masing dari mereka memegang benda panjang yang juga masih tertutup kain.
"Tuan, nyonya dan nona sekalian! Perkenankan kami membawakan sebuah pertunjukan tradisional Indonesia yang saat ini mendekati punah. Â Tari ini sengaja kami tampilkan untuk mengingatkan kita semua bahwa kesenian adilihung penuh filosofi dari Indonesia itu banyak yang tertinggalkan oleh zaman sehingga hampir punah," Â Prolet berhenti sebentar untuk mengambil nafas.
"Saya ingin secara pribadi memulai menginventarisir kesenian-kesenian asli Indonesia yang jarang lagi dipentaskan, bahkan mungkin sudah mulai dilupakan. Â Jikapun para pimpinan berkenan, setiap bulan bisa diadakan acara gathering sambil menikmati pertunjukan kesenian yang langka dan hampir punah agar bisa dihidupkan kembali pelan-pelan," Prolet menatap semua yang hadir dengan penuh semangat. Â Pidato pendeknya selesai!
Prolet memberi tanda. Â Sepuluh santri itu lalu serentak membuka bungkusan dan mulai bermain musik dan tari tradisional. Â Tari Lesung dari Banten!
Semua yang hadir bengong. Â Bos Pantry malah mencibir dalam hati. Â Untuk acara sepenting ini kenapa Prolet malah menampilkan pertunjukan menumbuk padi? Orang gila!
-------
Suara lesung ditumbuk alu kemudian berkumandang. Â Begitu rancak. Â Iramanya yang khas membuat suasana hati dibawa bergembira dan bersemangat. Â Para tamu dan Tuan Puteri mengangguk-angguk puas sambil mengetukkan sepatu mengikuti irama tetabuhan lesung. Â Bahkan dua orang tamu bule perempuan berdiri lalu menggerakkan tubuhnya menari.
Tamu yang lain tak mau kalah. Â Salah satu pimpinannya menarik tangan Tuan Puteri untuk berdansa diiringi irama lesung. Â Suasana benar-benar menjadi meriah. Â Musik dan tari Lesung berlangsung hingga tengah hari. Â Kecuali Bos Pantry dan Sahwat yang masih cemberut, semua orang terlihat sangat menikmati tarian sederhana namun memikat itu. Â Prolet berkaca-kaca. Â Dia perlu kaca untuk memastikan segembira apa mukanya. Â Dia bahagia.
-------
Jakarta, 23 Oktober 2017