Mohon tunggu...
milawati umsupyat
milawati umsupyat Mohon Tunggu... Mahasiswa

Healing, snorkling

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panas Rantau dan Peluh Ibu

16 Oktober 2025   05:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   05:45 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia adalah garam kehidupan, penuh doa dan harapan.

Setiap tetesnya adalah kesabaran yang tak lekang waktu,

Demi melihat kami tersenyum dan punya masa depan.

Kini, setiap kali panas kota ini menyiksa,

Aku tak lagi mengeluh, tapi mengambil pelajaran.

Sebab keringatku, tak sebanding dengan perjuanganmu, Ma,

Aku harus kuat, demi membalas setiap tetes pengorbanan.

Panas ini membakar semangat, bukan melemahkan,

Mengingat di kampung, ada peluh yang jauh lebih suci.

Peluhmu, Ma, adalah pendingin hati di perantauan.

Menjadi kekuatan agar aku tak lekas menyerah diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun