Mohon tunggu...
milawati umsupyat
milawati umsupyat Mohon Tunggu... Mahasiswa

Healing, snorkling

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panas Rantau dan Peluh Ibu

16 Oktober 2025   05:45 Diperbarui: 16 Oktober 2025   05:45 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah terik ladang, atau di dapur yang berdebu,

Saat menumbuk bumbu, tanpa lelah, tanpa keluh.

Peluhku ini hanya untuk cita-cita sendiri,

Untuk bayaran dan bekal hidup yang harus dicapai.

Tapi keringatmu, Ma, adalah cinta tak bertepi,

Mengalir membasahi bumi demi kami, anakmu.

Aku ingat punggungmu yang basah kuyup,

Bila subuh-subuh kau sudah mulai bekerja.

Bukan AC yang menyejukkan, hanya kipas bambu,

Menghalau lelah, menanggapi kerasnya dunia.

Keringatmu bukan asin dan hambar seperti milikku,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun