Di bawah terik ladang, atau di dapur yang berdebu,
Saat menumbuk bumbu, tanpa lelah, tanpa keluh.
Peluhku ini hanya untuk cita-cita sendiri,
Untuk bayaran dan bekal hidup yang harus dicapai.
Tapi keringatmu, Ma, adalah cinta tak bertepi,
Mengalir membasahi bumi demi kami, anakmu.
Aku ingat punggungmu yang basah kuyup,
Bila subuh-subuh kau sudah mulai bekerja.
Bukan AC yang menyejukkan, hanya kipas bambu,
Menghalau lelah, menanggapi kerasnya dunia.
Keringatmu bukan asin dan hambar seperti milikku,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!