Rabu,16 Oktober 2025
Milawati Umsupyat
Terik matahari memukul ubun-ubun kota,
Aspal meleleh, udara terasa membakar.
Kemeja basah kuyup, keringat mengalir deras,
Setiap tetesnya perih, memantik ingatan yang liar.
Panas di rantau ini, sungguh menyengat kulit,
Mengejar mimpi di bawah langit yang asing.
Aku mengeluh, sedikit memaki peluh yang mendidih,
Saat debu jalanan hinggap dan membuat pening.
Namun, tiba-tiba, panas ini terasa malu-malu,
Mengingat keringatmu, Ma, yang lebih dulu jatuh.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!