Mohon tunggu...
Miki Mayang
Miki Mayang Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dua anak

Tinggal di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

"Berjuang di Sudut-Sudut Tak Terliput" Iqbal Aji Daryono

12 Agustus 2022   18:21 Diperbarui: 4 Desember 2022   10:34 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Di balik pulau cantik yang membuat penulis jatuh cinta, ada kisah tentang ribuan luka dan potensi konflik karena kekuatan primordial desa-desa. Dengan ditemani beberapa potong ikan kuah kuning dan sepiring penuh papeda, ia menuliskan banyak cerita tentang Ambon, juga tentang Negeri Ema yang disebutnya sebagai secuil surga kecil di atas awan. Kisah ini bisa kita jumpai pada bab yang berjudul Local Job for Local Boy.

Buku dan Calistung yang Menyulap Wajah Kampung mengisahkan Bripka Sandry dan Bripka Menas dengan segala tantangan tugasnya, termasuk menangani anak-anak yang sedari kecil terbiasa bergelut dengan parang. Keduanyalah yang kemudian mengawal nasib kegembiraan anak-anak bersama buku-buku.

Sayangnya, setelah dicetak di bookpaper, gambar-gambar cantik yang disajikan jadi agak menurun kualitas warnanya. Namun, keceriaan dan kegembiraan anak-anak masih tampak jelas terpancar dari gesture dan senyuman manis yang terukir di wajah-wajah polos mereka. Seperti rasa, senyum anak-anak memang nggak bisa bohong.

Saya suka gaya IAD saat memungkasi cerita tentang dua polisi Papua Barat ini. Ia sedang dalam perjalanan kembali ke Waisai ketika ada ikan pari manta yang melompat di permukaan perairan Raja Ampat. Pengemudi boat sontak berteriak memberi tanda agar ia dan rombongan turut menengok ke arah satwa laut eksotis tersebut. Sayang sekali gerakan mereka kurang cepat sehingga momen menakjubkan itu pun terlewat.

Lalu di akhir ceritanya, ia menuliskan: “Tidak apa-apa. Sering kali yang keren-keren tak harus selalu terlihat. Mirip kisah keren perjuangan dua polisi Papua Barat, Bripka Sandry dan Bripka Menas. Dua kisah keren yang jarang terlihat dan sulit menjadi viral, sebab warganet kita lebih gemar meramaikan kabar-kabar yang amburadul daripada yang keren-keren hehehe.” (Halaman 355)


***

Beberapa saat usai menuntaskan buku ini, ada banyak tanya dalam benak saya tentang apa sebenarnya yang mereka cari di pelosok negeri ini. Rasanya agak tidak masuk akal jika para pejuang bhayangkara itu rela kehilangan waktu bersama orang-orang tercinta dan bahkan ada yang sampai bertaruh nyawa, hanya demi berharap apresiasi. Bicara soal panggilan tugas dan pengabdian pun terdengar sedikit klise. Atau mungkin mereka adalah manusia-manusia yang memang terlahir dengan jiwa petualang? 

Tapi sepertinya kurang pas jika Berjuang di Sudut-Sudut Tak Terliput ini sekadar dianggap seperti buku kehumasan pada umumnya yang isinya standar saja. Sementara di dalamnya ada banyak cerita manusia, nggak melulu berkutat seputar upaya mengangkat citra positif Polri semata. Melalui buku ini kita akan menemukan kedalaman makna kehidupan, spiritualitas, dedikasi, pengabdian, dan petualangan. Juga ada kisah bercandaan mulai tentang muasal lezatnya masakan Minang, hingga hikayat gudeg gosong. Ohya, sebaiknya lewati saja halaman 116 jika Anda tak ingin kesal kena prank, wkwkwk...

Secara teknis, keseluruhan yang ada di dalam buku ini sebetulnya tidak menawarkan hal baru. Baik dari segi isi, maupun gaya cerita. Seperti di hampir semua tulisan pada buku-bukunya yang lain, gaya cerita IAD ya memang seperti itu, selalu memukau. Isi bukunya yang memuat kisah tentang orang-orang baik yang penuh pengabdian dan ketulusan semacam itu juga bisa dibilang hal biasa, mungkin kita sudah kerap menjumpainya di keseharian.

Namun menjadi spesial tatkala tokoh-tokoh dalam cerita adalah personil dari sebuah institusi yang belum lama ini menjadi trending topik bersama tagar #percumalaporpolisi. Meski buku fenomenal ini tidak serta merta bisa dianggap sebagai cerminan wajah polisi secara keseluruhan, namun setidaknya di tengah gempuran isu negatif akibat ulah oknum-oknumnya, Berjuang di Sudut-Sudut Tak Terliput bagai seteguk air pelepas dahaga yang mampu menumbuhkan optimisme bahwa di dalam tubuh Polri masih tersisa manusia-manusia baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun