Mohon tunggu...
Miftakhul Shodikin
Miftakhul Shodikin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kenapa kamu hidup ?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sanggar Pasir - FILOSOFI KETUPAT

21 Mei 2021   03:47 Diperbarui: 21 Mei 2021   04:28 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Makna Ketupat Dari Bali – Lombok

Dalam masyarakat Bali dan Lombok mengenai ketupat terdapat sebuah tradisi Perang Ketupat. Oleh masyarakat Bali perang ketupat ditunjukannya sebagai rasa syukur dan pemujaan kepada Dewi Sri. Menurut ajaran Hindu Dewi Sri adalah Dewi kesuburan atau Dewi pertanian. Perang ketupat di Bali merupakan sebuah bentuk rasa syukur atas masa panen yang melimpah, masyarakat Bali sendiri meyakini dengan adanya perang ketupat tersebut dapat mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan. Di awalinya perang ketupat dengan upacara persembahyangan di pura lalu dipimpin oleh seorang pemangku adat membaca mantra-mantra memohon kepada Sang Hyang Widhi kemudian layaknya perang sungguhan, masyarakat di bagi dua kelompok untuk saling melempar ketupat satu sama lain.

Seperti halnya di Bali, perang ketupat yang ada di Lombok pun hampir sama. Mereka akan saling melempar ketupat namun motif dari perang tersebut yang berbeda. Perang Topat atau ketupat di Lombok muncul sebagai pereda konflik antara agama Hindu dan Islam yang ketika awal masuk ke Lombok. Perang Topat atau ketupat merupakan bentuk pluralisme yang kuat antar dua umat beragama. Perang Topat selalu dilaksanakan setiap bulan purnama ke tuuh dalam penanggalan Suku Sasak.

B. Identitas Janur

Janur adalah daun muda dari jenis pohon palma besar seperti pohon kelapa dan pohon siwalan. Dalam pembuatan Ketupat dan Lepet bahan untuk membungkusnya menggunakan Janur atau daun kelapa yang masih muda karena sifatnya yang lentur sehingga dapat dianyam dan dibentuk dengan mudah. Janur dalam bahasa Jawa merupakan Sejatining Nur yang artinya Hati Nurani. Dalam ajaran Islam kita mengenal Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad yang merupakan alasan penciptaan alam semesta beserta isinya tak terkecuali juga merupakan alasan penciptaan manusia. Boleh jadi, Nur Muhammad merupakan “cetakan” untuk segumpal tanah yang kelak Tuhan jadikannya Adam sebagai manusia pertama. Tiada Tuhan menciptakan alam semesta jika tiada Nur Muhammad. Dalam hal ini Janur atau Sejatining Nur memiliki makna atas peringatan nenek moyang kita terhadapat awal mula penciptaan alam semesta dan juga awal mula penciptaan manusia. Janur dalam ketupat adalah simbol untuk kita selalu mengingat kelahiran dan kesucian manusia.

C. Tradisi Ketupat dan Generasi Milenial

Tradisi ketupat di Bumi Nusantara telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu di awali oleh kebudayaan Hindu-Buddha sampai era Islam dan zaman Modern sekarang. Dalam perjalanannya Tradisi Ketupat mengalami pergeseran budaya. Tradisi ketupat tak lagi semeriah dan semarak yang dulu kala. Dikisahkan dahulu tradisi ketupat dilaksanakan disetiap rumah-rumah warga namun sekarang tradisi ini mengalami pengkerdilan dan pembatasan wilayah yang hanya dalam lingkup Mushola dan atau Masjid-masjid saja selepas 6 hari puasa Syawal. 

Menyempitnya ruang lingkup ketupat dalam setiap perayaannya tersebut menandakan terdapat pergeseran dan perubahan budaya dari zaman ke zaman. Di era ini kebanyakan kita tidak lagi sebagai produsen atau pembuat ketupat secara nyata, kebanyakan dari kita malah hanya sebagai konsumen dan sebatas pencicip ketupat dan tak tahu menahu mengenai proses dan tata cara pembuatannya. 

Banyak pemuda-pemudi yang sudah mulai meninggalkan tradisi ini sehingga begitu memprihatinkan bahkan kebanyakan dari kita mungkin tidak tahu cara membuat ketupat, seberapa lama memasaknya, bagaimana ukuran mengisi beras kedalam ketupat dan berbagai macam prosesi pembuatan ketupat lainnya.

Dengan fenomena yang terjadi sekarang ini. dimana kebanyakan dari kita hanyalah sebatas pencicip ketupat tanpa mau dan mampu untuk membuatnya sendiri boleh jadi bahwa kelak besok hari tradisi ketupat akan ditinggalkan dan pada akhirnya punah. Tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya akulturasi budaya dan pergerakan pembaharuan tradisi ketupat untuk dapat bertahan di era Milenial ini. memang diperlukan sebuah gerakan semacam itu tidak hanya tradisi ketupat tetapi juga semua tradisi agar tetap dapat bertahan di arus zaman. Kita perlu mengemas tradisi ketupat dengan gaya modern dan cara-cara yang inovatif agar tetap mampu disegala kondisi zaman yang cepat berubah. 

Jika kita menerka Tradisi ketupat di masa depan sangat memungkin bahwa ketupat akan mengalami modernisasi. Prosesi pembuatan ketupat yang begitu lama dan susah membuat orang sukar untuk membuatnya namun juga tidak menutup kemungkinan justru akan mengundang orang tertantang untuk membuatnya jauh lebih mudah dengan pengaplikasian teknologi di era ini. mengingat generasi milenial yang identik dengan kemauan dan berpikiran yang instan boleh jadi kelak ketupat dengan proses pembuatannya yang lama itu bisa menjadi semakin ringkas, cepat dan terjangkau mudah.  Sehingga tradisi ketupat terus bisa dilestarikan untuk generasi-generasi yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun