Lik Sutris menatap iba pada Pras. Lelaki mana yang rela, sang kekasih yang ditinggal di desa ternyata berbadan dua, dan itu bukan darah dagingnya.
Lik Sutris menyeruput kopi hitam yang disuguhkan Yu Warti, pemilik warung.
Setelah beberapa tegukan kopi, Sutris masih tak tega menyampaikan berita yang pasti bakal tambah mengguncang perasaan Prasetyo.
"Duduk dulu, Pras. Kuatkan hatimu," kata Sutris sambil menikmati sebatang rokok kretek.
Asap rokok dari mulut Sutris beterbangan menyatu dengan kepulan asap kopi. "Benar. Anik pacarmu itu, perawan hamil di desa kita," kata Sutris.
Langit seakan runtuh menimpa kepala Pras. Bukit Sigit seakan menimpa tubuhnya. Ia tak ingin mempercayai apa yang dikatakan lik Sutris. Namun, ia tahu bahwa tetangga depan rumahnya itu tak mungkin berbohong.
Anik Setyaningrum, nama lengkapnya. Pras berjanji akan melamarnya kalau ia sudah lulus kuliah. Tentu itu harus menunggu beberapa tahun lagi.
Kata lik Sutris, Anik tak pernah berterus terang tentang siapa lelaki yang menyebabkannya hamil.Â
Lik Sutris menyarankan Pras meninggalkan kampung karena warga mencurigai Pras yang menghamili Anik.Â
"Mana mungkin saya yang menghamili Anik, Lik!" Pras membela diri.
"Mana tahu begitu, Pras. Pergaulan anak muda sekarang kadang keblabasan."