Iklan perawatan kulit di layar televisi menjerat masa remaja saya. Di televisi berseliweran iklan sabun muka berbagai merek.Â
Saya terpikat satu iklan yang memberi garansi kulit muka bersih, wajah bebas kuman dan bebas jerawat. Kala itu wajah saya berjerawat. Maklum masa pubertas.Â
Kata orang, jerawat tanda orang sedang jatuh cinta. Sedang saya, boro-boro mikirin cinta, berkenalan akrab dengan cewek pun tak pernah.Â
Usia saya kala itu 15 tahun dan masih berseragam putih-biru. Saya fanatik pada salah satu merek yang kala itu jadi favorit remaja seusia saya.Â
Saya pernah marah kepada ibu saya karena beliau lupa membelikan sabun pesanan saya itu. Kebetulan saat itu muka saya lagi parah-parahnya jerawatan.Â
Ada ungkapan: Wajah tak berjerawat ibarat langit malam tanpa bintang. Tapi, itu tidak berlaku pada saya. Jerawat membuat saya malu, bukan bangga.Â
Jerawat jadi olok-olokan di kalangan remaja. Barangkali ungkapan tersebut hanya usaha penggembira agar tetap percaya diri.
Hingga saya tersadar, jerawat erat kaitan dengan kebersihan kulit dan pertumbuhan hormon seiring perkembangan usia dan karakter kesehatan kulit.
Saat kelas 3 SMP saya melihat beberapa teman cowok yang mempertampan diri dengan berbagai kosmetik. Cowok juga pakai skincare. Tampan itu pilihan.Â
Agar tampil menawan cowok juga butuh perawatan kulit. Begitu kata teman-teman saya.
Saya terbujuk dan tergoda turut mencoba perawatan kulit. Teman saya ada yang memakai bedak.Â