Mohon tunggu...
Humaniora

Karena Kamu Bukan Pilihan

19 September 2016   19:42 Diperbarui: 20 September 2016   17:53 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

                                                                                Sepucuk Goresan untukNya

Untuk Sang Pencipta,

Hai Tuhan…. Apa kabarMu? Ku tahu Kamu pasti baik-baik saja. Tapi tahukah Kamu bahwa disini aku sedang tidak dalam keadaan yang baik? Aku bingung, aku bimbang. Ku pikir semua orang mengenal Mu. Ku pikir semua orang taat padaMu. Namun semua tak seperti apa yang selama ini kupikirkan. Banyak orang-orang disekitarku yang tidak tahu siapa Kamu.

Jujur saja, awalnya aku jadi meragukan kebesaranMu. Saat itulah aku teringat oleh barang yang pernah Kau berikan padaku, Kitab Suci. Aku pun mulai membaca dan memahaminya dengan serius hingga aku sadar bahwa tak ada lagi yang harus kuragukan. Aku yakin Kamulah sahabat terbaikku.

Terimakasih untuk waktu yang selalu Kau berikan padaku. Terimakasih karena Engkau selalu menemani, menuntun, dan menghiburku. Aku berjanji tidak akan mengkhianatiMu. Aku berjanji akan selalu setia padaMu. Aku yakin jarak tak akan menghalangi hubungan kita. Dan lagi aku mempunyai barang dariMu yang sangat berharga. Aku yakin Kitab Suci itu akan membuatku semakin dekat padaMu.

Namun tahukah Kamu bahwa untuk selalu membacanya bukanlah hal yang mudah? Rasa malas selalu menghalangiku. Itulah yang membuatku takut. Aku takut hubungan kita menjadi semakin jauh bila aku tak berusaha mendekatkan diri padaMu. Apalagi orang-orang disekitarku tak mendukungku. Mereka selalu mengajakku untuk mencari barang-barang lain yang lebih menarik. Mereka selalu menggodaku dengan hal-hal yang lebih menyenangkan daripada membaca barang yang Kau berikan padaku itu. Kutahu itu bukan salah mereka, karena mereka belum mengenalMu. Tapi bukan itu masalahnya. Diluar sana tidak sedikit orang yang menyangkalMu. Mereka mengagungkan sahabat mereka dengan merendahkanMu. Bahkan mereka memaksa orang-orang untuk mengagungkan sahabat mereka dengan kekerasan. Aku tahu itu bukanlah hal yang terpuji. Maka dari itu aku tidak memperkenalkanMu kepada orang-orang diluar sana dengan cara yang seperti itu.

Namun, dengan apa yang pernah Kamu ajarkan padaku, aku sadar bahwa aku tak bisa tinggal diam. Aku sadar bahwa aku harus berbuat sesuatu untuk menghentikan semua kekejaman ini. Tapi aku bingung harus berbuat apa. Aku takut. Aku merasa bahwa aku lemah. Aku merasa bahwa aku tidak mampu memperbaiki semua ini.

Tapi ada 1 hal yang kutahu. Mungkin aku memang tidak mampu untuk melakukan hal yang besar. Tapi bukan berarti aku tidak mampu melakukan apapun. Sesuatu yang besar berasal dari hal yang kecil. Itulah yang kuyakini. Banyak hal kecil yang sebenarnya bisa kulakukan untuk menegakkan keadilan. Dulu Kamu pernah berkata bahwa kesetiaanku Kau lihat dari perbuatanku, dan bukan hanya dari perkataanku. Itulah yang membuatku berpikir bahwa orang-orang akan menilaiku bukan dari apa yang ku orasikan, melainkan dari apa yang kulakukan. Maka dari itu aku hanya ingin melakukan apa yang baik sepertiMu. Aku tahu aku tak sebaik Kamu. Tapi aku mau menjadi contoh sepertiMu.

Aku yakin mereka yang belum mengenalMu akan melihatMu dari sikapku, karena Kamu adalah sahabatku. Untuk itu aku mau bertekad untuk melakukan hal-hal yang baik seperti apa yang Kamu lakukan. Kamu tahu, itu tidaklah mudah bagiku karena aku tak sesempurna Kamu. Maka dari itu aku berharap Kamu bersedia untuk selalu mendukung dan menuntunku. Ku mohon Kamu selalu menguatkan dan menyemangatiku sehingga aku mampu memperkenalkanMu pada mereka yang belum mengenalMu, bahkan mereka yang menyangkal kebaikanMu. TempatMu yang jauh disana memang membuat mereka tidak bisa menjumpaiMu secara langsung, namun aku yakin Kamulah sendiri yang akan menjumpai mereka.

Mungkin ini dulu yang bisa kusampaikan tentang keadaan disini. Aku berjanji, walaupun Kamu jauh disana, aku akan tetap setia padaMu. Walaupun aku tak tahu kapan Kamu akan datang lagi ke sini, aku akan selalu menungguMu dan yakin bahwa aku pasti akan berjumpa denganMu ketika Kamu menginginkannya.

PengagumMu,

Eugene Michelle Vyanda

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun