Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat yang Optimistis

10 Oktober 2019   17:11 Diperbarui: 17 Oktober 2019   21:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini, ada berbagai masalah yang mencemaskan kita. Masalah tentang sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bara, dan lain sebagainya, yang sepertinya perlahan namun pasti sedang berjalan menuju kemusnahan.

Populasi manusia yang bertumbuh kian pesat, sementara persediaan pangan yang mengkhawatirkan tidak sanggup mencukupi kebutuhan seluruh manusia. Banyak spesies makhluk hidup yang telah punah dari muka bumi. Air dan udara yang kian terpapar polusi baik dari asap pabrik atau kendaraan, maupun limbah-limbah industri dan plastik.

Melihat masalah-masalah ini, kita seperti diyakinkan akan menghadapi suatu keadaan yang benar-benar serius yaitu suatu waktu bumi tidak bisa lagi menjadi tempat tinggal, dan kemusnahan umat manusia yang secara pasti sepertinya akan terjadi.

Apakah akan ada masa di mana bumi menjadi tidak layak untuk dihuni dan manusia di dalamnya akan punah? Apakah benar semua kegelisahan itu akan menjadi nyata? Ataukah keadaan tidak seburuk yang kita sangka?

Kecemasan Kita

Saya pikir, apa yang kita alami saat ini adalah suatu keadaan di mana kita mulai terdorong masuk ke dalam situasi yang dipenuhi perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan. Kecemasan berlebihan itu bangkit akibat kita lebih banyak mengonsumsi berita-berita yang mengkhawatirkan dan mencemaskan.

Dalam banyak sisi kehidupan, perkara-perkara tersebut hampir selalu ada, dibicarakan terus-menerus, disiarkan secara berkala, dan tanpa henti selalu dipikirkan. Tanpa kita sadari, kebiasaan kita yang lebih suka mengonsumsi berita yang beraroma negatif akhirnya menjerumuskan kita ke dalam sikap pesimistis.

Merespons tingkah konsumen yang lebih tertarik kepada bad news, akhirnya media juga menyampaikan berita dengan lebih banyak menggunakan standar bad news is the good news untuk menjangkau animo masyarakat.

Kita tidak bisa tinggal lebih lama dalam rasa kekhawatiran dan kecemasan yang kian hari menggorogoti hati, pikiran, dan perasaan kita. Rasa pesimistis ini akan perlahan-lahan merenggut rasa optimistis kita terhadap kehidupan. Jika tidak berhati-hati, maka manusia akan mudah jatuh ke dalam gangguan kejiwaan.

Misalnya, perlahan-lahan kekhawatiran dan kecemasan yang datang menghantui terus-menerus akan menciptakan rasa putus asa dalam kehidupan sosial, lunturnya rasa saling percaya, dan sikap saling menyalahkan akan menghiasi setiap aspek kehidupan sosial masyarakat.

Masyarakat menyalahkan pemerintah karena tidak bertanggung jawab mengentas berbagai masalah global. Pemerintah menyalahkan masyarakat dengan tuduhan sebagai penyebab berbagai masalah global dan tidak mau mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Instansi non profit seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) menyalahkan pabrik-pabrik dan industri-industri, hanya ingin memperkaya diri tanpa menghiraukan keadaan lingkungan sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun