Saat kita menaruh perhatian pada bahasa tubuh, intonasi, atau jeda dalam pembicaraan, kita sedang membaca emosi dan nilai-nilai yang tersembunyi di balik kata. Inilah inti dari komunikasi lintas budaya yang sejati: kemampuan memahami orang lain tanpa memaksakan cara pandang kita sendiri.
Dengan menyadari bahwa bahasa tubuh adalah kunci yang membuka pintu ke nilai-nilai budaya, kita dapat mengubah potensi konflik menjadi kesempatan untuk membangun jembatan dan mempererat hubungan global di masa depan. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kepekaan bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan. Semakin kita belajar membaca perbedaan dengan hati terbuka, semakin luas pula ruang dialog yang bisa kita ciptakan. Karena pada akhirnya, komunikasi lintas budaya bukan sekadar soal memahami orang lain, tapi juga tentang menemukan kembali kemanusiaan kita sendiri di antara keragaman itu.
Authors:
1. Michael Alberth Latupeirissa
2. Yuni Sari Amalia S.S., M.A., Ph.D
Referensi:Â
Imelda, I. & Harisal, H. (2024). Cultural implications through hand gesture in Japanese and Balinese communities. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia), 10(3).
Pang, H. T., Zhou, X., & Chu, M. (2024). Cross-cultural Differences in Using Nonverbal Behaviors to Identify Indirect Replies. Journal of Nonverbal Behavior, 48(3).
Zhang, M. (2021). Research on Cross-Cultural Differences in Nonverbal Communication Between America and China. Proceedings of the 2021 5th International Seminar on Education, Management and Social Sciences (ISEMSS 2021), 571.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI