Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Merdu di Antara Kesunyian Abadi

2 November 2023   07:14 Diperbarui: 2 November 2023   21:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by || @pear87_

Aku kembali melihatnya berjalan dengan tenang melewati tangga-tangga yang tak terhitung banyaknya itu. Aku bisa melihat kelopak di buket genggamannya terjatuh satu persatu di sepanjang jalan yang Ia lewati. Ia tidak peduli dengan kelopak-kelopak itu, dia tidak peduli walaupun hal-hal yang berada di genggamannya hilang satu per satu. Itu bukanlah hal yang baru lagi baginya.

Orang-orang yang berpapasan dengannya pasti akan berpikir bahwa gadis itu sangat mempesona, begitu anggun dan tenang. Hanya aku yang tahu pasti bahwa dia telah menyerah akan banyak hal. Ketenangan yang ditampilkan adalah wujud dari keputusasaan yang berkepanjangan, hati yang mulai kehilangan fungsinya untuk merasa, sorot kosong sedingin dan sedalam samudra.

Namanya Lara dan dia telah sempurna kehilangan suaranya. Dia telah melenyapkan semuanya pada tangisan panjang terakhirnya. Tangis yang begitu memekakkan telinga bagai lolongan serigala saat purnama.

Kuakui aku merindukan tangisannya. Suara tangis yang entah bagaimana berhasil menyalip dari bibir yang digigitnya rapat-rapat hingga berdarah. Tangis yang tertahan itu bagaikan gesekkan biola yang melengking begitu indah. Seperti klimaks dari konser-konser maha agung yang ada. Ah tidak, tentu saja suaranya jauh lebih indah dan menyayat hari-hariku.

Kurasa aku bukan satu-satunya orang yang tergila-gila akan tangisnya. Karena itulah setiap orang yang datang dalam kehidupannya berlomba-lomba hanya untuk mendengarkan suara tangisnya. Hingga Lara mulai kebal dan kehilangan segala Rasanya. Bersamaan dengan itu, tangisnyapun tak pernah terdengar lagi.

Aku bisa mendengar orang-orang mulai mengeluh dan meninggalkannya satu per satu. Hanya aku yang berada di sini. Hanya aku yang tetap bisa bertahan berada disampingnya. Hanya aku yang bisa menjadi saksi atas keberadaan dirinya yang tenggelam dari pikiran orang-orang.

Kau tahu.... menurutku, seseorang yg masih bisa merasakan kesedihan dan menangis tanpa henti tidak akan mengakhiri hidupnya. Tapi saat mereka sudah mulai terbiasa dengan perasaan itu, membuat hatinya beku dan mengeras dalam kekosongan. Merekalah yang akan terjun dari lantai-lantai tertinggi yg mencoba menggagahi langit. Mereka akan berjalan dengan ringan melangkahi sekat sekat pembatas dalam hidup ini, memilih hidup dalam kematiannya.

Selamat jalan, Lara. Berjalanlah dengan riang gembira menuju surga. Tersenyumlah seperti saat kau terbang bersama burung-burung yang bermigrasi. 

Aku akan tetap di sini untuk menceritakan pada orang-orang, bahwa pernah ada seorang malaikat yang tersesat di antara tumpukkan sampah dunia. Seseorang yang mengajarkan bahwa bukan hal yang memalukan untuk menyerah padahal-hal yang memang tak bisa lagi kita genggam dengan telapak tangan rapuh kita.

Baca juga: Anak-Anak Bintang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun