Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Dari Surga

26 Juni 2020   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2020   01:45 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia mengatupkan mulutnya, merapakan gigi atas bawahnya hingga terdengar suara gemeletuk saat keduanya beradu. Ia membekap mulutnya keras dengan tangan yang makin gemetar.

"Tidak... tidak... aku tidak boleh berteriak sekarang." Katanya dalam hati sambil menggelengkan kepalanya dengan sangat kencang.

Aku sendiri ngeri melihatnya seperti itu. Aku bahkan khawatir kalau kepalanya akan terlepas kalau dia terus menggerak-gerakkan kepalanya seperti itu.

Beberapa saat berikutnya dia masih dalam kondisi seperti itu, atau bisa dibilang makin parah. Tubuhnya makin bergetar hebat dan pertahannya agar tidak menangis sedari tadi akhirnya runtuh juga. Matanya yang merah itu makin lama makin membengkak dan napasnya mulai tercekat.

Dia kembali menggeleng keras, "TIDAK!! KUBILANG TIDAK!! Kalau aku berteriak sekarang, bisa-bisa aku akan benar-benar dianggap gila.... tidak... tidak..."

Suaranya itu terdengar makin lama makin lemah, sampai-sampai kupikir dia akan pingsan sebentar lagi. Aku menatap gadis itu dengan seksama sembari menghela napas.

Ya... bagimanapun juga kematian seorang gadis bernama Jelita beberapa tahun lalu bukanlah sesuatu yang bisa ia lupakan begitu saja. Melihat kematian seseorang tepat di depan mata, bukanlah sesuatu yang bisa ia hapuskan dalam ingatannya.

Meskipun dia sangat menginginkannya, dia tidak akan pernah bisa melupakan setiap detik kejadian itu. Bagaimana langit sore seolah ditumpahi cat merah terlalu banyak hingga terlihat begitu mengerikan. Saat seorang gadis terbang dari atap tertinggi gedung sekolahnya, seperti seekor burung yang beterbangan di langit.

Sesaat gadis itu terpesona dengan apa yang dilihatnya. Jika ada malaikat yang jatuh dari langit, dia berpikir seperti itulah penampakannya.

Melayang dan tampak sangat anggun saat terbawa angin, menerbangkan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai ke arah belakang tubuhnya. Dengan wajah putih pucat yang terlihat sangat menawan. Gadis itu kira, sang burung akan mendarat dengan sangat anggun seperti angsa-angsa putih yang sibuk berenang di sungai-sungai jernih.

Tapi tidak begitu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun