Mohon tunggu...
M Fajarun Amin
M Fajarun Amin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Manusia

Menginginkan Indonesia Raya Lahir Batin selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muhammad Yunnus, Grammen Bank, dan Ideologi Membangun Dunia tanpa Kemiskinan

25 April 2019   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2019   11:32 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimana pada 1947 tersebut, India telah melahirkan satu negara baru yakni Pakistan dengan dua bagian wilayahnya; Zona Pakistan Barat dan Zona Pakistan Timur [mayoritas penduduk Benggala / pribumi yang terintimidasi dan cikal bakal Bangladesh].

Pada tahun itulah tabuh genderang dimulai. Simbol yang mengawali konflik berkepanjangan ini, yang semuanya berawal dari kepentingan politik negara kolonial bagian Barat dunia atas wilayah Pakistan Timur [cikal bakal Bangladesh] yang tidak ingin hilang dominasinya.

Dimana Benggala yang kala itu dibagi sebagai sebuah daerah sempalan di Pakistan Barat yang kemudian dinamai sebagai Pakistan Timur. Dhaka dinyatakan sebagai Ibu kotanya. Meskipun memiliki sumber daya dan dominan demografis Pakistan Timur yang lebih memadai, namun secara komposisi struktur pemerintahan dan militernya Pakistan sebagian besar didominasi oleh kelompok kelas atas (Negara Kolonial Barat) yang berkedudukan di Zona Pakistan Barat.

Geliat Pemerintahan yang didominasi oleh kelas atas Barat ini, sangat sering mengambil tindakan yang sangat membuat hati siapapun terenyuh perih seperti diskriminasi keadilan ekonomi, politik, keamanan, dan sosial budaya. Klimaksnya ialah saat tampilnya sikap otoriter untuk menerapkan Bahasa Urdu sebagai satu -- satunya Bahasa resmi yang kemudian memicu ketidakpuasan besar -- besaran di kalangan Pakistan Timur. Hingga akhirnya membuat darah para aktivis Pakistan Timur mendidih dan lahirlah letupan konflik besar antara  Pakistan Timur dan Pakistan Barat yang sangat mencekam.

Tepat, pada 21 Februari 1952 dengan terhimpunnya people power atau kekuatan masa Bangsa Pakistan Timur bersatu bangkit memprotes keras kebijakan yang sangat meresahkan ini. Hingga pada suatu ketika, aparat kepolisian dengan sikap tidak pedulinya pada mahalnya harga kemanusiaan mengangkat senjata dan menembakkan pelurunya kepada bangsa Pakistan Timur ini dan menewaskan beberapa siswa yang baru pulang sekolah karena berjuang mati - matian membela bahasa Ibu mereka. Perjuangan dari para martir ini yang pada akhirnya kini setiap 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.

Ketidakpeduliaan Barat terhadap isu dominasi Ekonomi dan Budaya ini pun, mengakibatkan terkonsolidasinya kekuatan politik yang semakin solid di Pakistan Timur dengan namanya yang kita kenal ialah Liga Awami sebagai suara politik yang dipimpin oleh Syekh Mujibburahman. Pada 7 Maret 1971 dalam pidatonya yang sangat membakar spirit di hadapan ratusan ribu bangsa Pakistan Timur, berupaya keras menyerukan persatuan dan bersiap siaga untuk melakukan perlawanan heroik habis - habisan atas pendudukan Pakistan demi pembebasan dan kemerdakaan yang sesungguhnya sebagai bangsa terhormat yang ingin benar -- benar merdeka dari kolonialisme internasional.


Setelah banyak kerusuhan politik dan diskriminasi wilayah yang terjadi, akhirnya Syekh Mujibburrahman mewakili perjuangan kubu Pakistan Timur bertindak cepat mengambil langkah maju inisiatif dengan memproklamirkan kemerdekaan Bangladesh, sebelum ditangkap pada jam -- jam awal tepat pada 26 Maret 1971 oleh militer Pakistan Barat. Presiden Yahya Khan dari kubu Pakistan Barat. Mengambil tindakan sewenang -- wenang dengan melakukan operasi Search Light pada penduduk sipil Bangladesh yang tidak berdosa.

Pemerintah penyelamat Bangsa Bangladesh yang dibentuk oleh Liga Awami setelah mengetahui ditangkapnya Syekh Mujibburrahman, kemudian mengambil tindakan strategis cepat dengan mengukuhkan Tajuddin Ahmad sebagai perdana menteri dan Syed Nazrul Islam sebagai Presiden Pelaksana pada 17 April 1971 untuk mengisi status quo.

Sebuah blok kekuatan perlawanan besar yang dikenal sebagai Mukti Bahini (Freedom Fighter) dibentuk dari Pasukan Bangladesh (terdiri dari pasukan regular Bengali) yang bersekutu dengan pejuang sipil. Dipimpin oleh Jenderal M. A. G. Osmani, Pasukan Pakistan Timur (Bangladesh) diorganisir menjadi sebelas sektor dan sebagai bagian dari Mukti Bahini, melakukan perang gerilya besar-besaran melawan Angkatan Bersenjata Pakistan Barat. Selama perang ini, seluruh dunia menguras air mata (turut berduka) karena harus menyaksikan peristiwa genosida Bangladesh 1971, di mana Angkatan Darat Pakistan dan sekutunya melakukan penghilangan nyawa manusia dalam skala yang amat luas kepada warga sipil, kaum religius, kaum intelektual, pemuda, politisi, aktivis, dan kelompok minoritas agama Bengali.

Di tengah banjir pertumpahan darah dan pengorbanan jiwa - jiwa Bangladesh yang tak terhitung jumlahnya. Akhirnya. Secara De Jure dan De Facto Angkatan Darat Pakistan, akhirnya pun menyatakan menyerah kepada Pasukan Sekutu Bangladesh - India pada tanggal 16 Desember 1971. Perang Pembebasan Bangladesh secara besar - besaran yang memakan waktu, air mata, dan siraman darah putra - putrinya selama kurang lebih selama sembilan bulan lamanya telah berhasil dimenangkan pada hari itu. Dan Bangladesh, dengan langkah mantap banyak janji dan harapan rakyatnya yang digantungkan dipundak pemimpinnya pun akhirnya memulai perjalanannya yang suci dan mulia sebagai Bangsa yang benar - benar merdeka.

PERAN STRATEGIS DIPLOMASI MUHAMMAD YUNNUS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun