Mohon tunggu...
Meutia Febrina
Meutia Febrina Mohon Tunggu... -

Menulis adalah bentuk pelarian yang paling sopan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Berakhir, Biarlah Terkubur

22 Februari 2017   11:27 Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap manusia menghadapi kehilangan dengan cara yang berbeda-beda” 

begitu kutipan yang pernah dibaca Risa dari novel kesukaannya Critical eleven pada halaman 64.

Malam itu tepat pukul 01.00 WIB. Kepala Risa masih menunduk di atas bantal. Matanya sembab, napasnya terengah-engah karena menangis. Ini sudah bulan ke-5 ia begitu. Terbangun tengah malam, menangis, memikirkan, sefatal apa kesalahan yang ia perbuat sampai orang yang begitu ia cintai memilih untuk pergi. Setiap malam, seakan sudah menjadi ritual. Begitulah cara Risa menghadapi kehilangan.

**

April 2014

*Cling” sebuah pesan whatsapp dari unknown number masuk ke ponselnya Risa.

“Hei RIs,” isi pesan Whatsapp tersebut.

Risa tak langsung membalas. Ia hanya menatap sekilas layar i Phonenya kemudian kembali mengetik. Deadline tulisan untuk majalahnyajauh lebih penting ketimbang membalas pesan tersebut.

Dua jam kemudian, Risa baru membalas isi pesan tersebut. Iamenulis dengan singkat, padat dan jelas : Siapa ya?

“Arya, ris,” kita yang kenalan tadi waktu liputan diGedung DPR tadi.

“Oh,” balas Risa singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun