Mohon tunggu...
amsir taib
amsir taib Mohon Tunggu... -

ingin belajar sastra..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

KESERAKAHAAN MENJAJAH BUMI

26 Maret 2011   15:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit menangis seharian… dari matahari muncul hingga bersembunyi..

apakah langit tidak bosan dikala hrs trus menangis..? apakah tetesan air mata langit membawa kesejukan..?

Langit sedih dg sgala kerusakan yg ada d'bumi ini,,

hanya ujan yg bisa d'tumpahkannya..

kenp langit hrs sedih, ketika bumi rusak,, bukankah dia hanya bisa melihatnya... tidak tahukah langit, dengan air matanya merusak bumi... sehingga penghuni bumi y serakah akn menderita...

karna langit menagis,,

petir pun ikut bersembunyi di balik awan,,,

kenpa mesti petir bersembunyi diblk awan... tidakkah ia iba melihat penghuni bumi y serakah..? atau petir angkuh dg suara gemuruhnya..

petir takut akan tangisan sang langit,, karna dirinya trus menangiss,,,

emang'a apa yg bisa dilakukan si langit selain hanya melihat dan menangisi si bumi?? dia tak punya kuasa untuk bertindak...

begitupun petir hanya melaksanakan tugasnya seperti biasa,,

dengan cahaya dan suaranya..

bumi hanya jd tontonan dng air mata keibaan sang langit,,, dan sang petir mendahulukan cahyanya drpada gemuruhnya.. bumi menjadi episode y menarik bagi mereka... dan sang penghuni bumi, bangga dg keserakahannya...

disaat tak ada yg bisa dilakukan,, disaat tak tau apa yg harus dikatakan,, akankah do'a2 sang langit terpenuhi atas keserakahan "isi" bumi...

biarkan sang rerumputan bergoyang mengiringi irama sang langit yg menangis,,, tetesannya ,, tiupannya,, akan slalu bersua di kedamaiannya,,

semoga penghuni bumi sadar akan keserakahannya... sehingga rerumputan damai dlm irama tangisan langit.

alam ikut berpartisipasi

alam slalu terbuka untukk di lestarikan,, saatnya kita sadar akan tangisan alam yg slalu tersakiti,,

KOLABORASI DUNIA MAYA: Amsir Taib, Keumala Hayati dan Krebo Doank

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun