Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Taufik Kiemas Pemegang Kekuasaan Penuh PDIP dan Mega

18 Maret 2012   07:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:53 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332056205126006702

[caption id="attachment_177012" align="aligncenter" width="561" caption="tribun news.com"][/caption]

Seperti biasa, PDIP menunjukkan sikap ragu dalam pengambilan keputusan. Hal biasa dalam sebuah Dinamika politik. Perbedaan sudut pandang antara Taufik dan Mega juga hal yang biasa. Taufik dengan alasan pragmatis, Mega dengan alasan ideologis. Satu keluarga, suami istri, satu partai, berbeda. Itu hal biasa, beda kepala beda isi.

Mega dan Prabowo memilih Jokowi, Taufik memilih Foke dengan Adang. Taufik berani menyampaikan dukungannya secara terang-terangan kepada media sebelum partai PDIP membuat keputusan.

Kekuasaan mutlak partai PDIP di tangan Mega. Sebagai ketua umum beberapa keputusan menjadi kewenangan penuh dan tidak dapat diganggu gugat. Pencalonan presiden, keputusan partai, sikap politik. Mega adalah  kekuatan tunggal dan pemegang keputusan yang bersifat mutlak.

Kemampuan intelektual dan berpolitik di partai PDIP harus sejalan dengan pendapat Mega. Kadang-kadang tidak ada perbedaan  antara keputusan pribadi dan keputusan partai. Semua berasal dari satu suara. Kelebihannya loyalitas kader PDIP tidak diragukan lagi. Sepahit apapun keputusan ketua umum, setiap kader partai berusaha mengikutinya.

Dengan keterbatasan Mega sebagai pemimpin partai, maka untuk mencapai posisi dan eksistensi partai sampai sekarang ini tidak mungkin tanpa dukungan dan peran serta para kader partai. Keputusan-keputusan besar yang menyangkut sikap antikorupsi, menjadi partai oposisi dan PDIP kembali kepada ajaran dan pemikiran Bung Karno berasal dari para kader partai. Pemikiran-pemikiran cerdas. Konsolidasi internal, kaderisasi, bersih-bersih dan pembenahan internal sudah dilakukan. Berusaha mengatasi segala kekurangan dan keterbatasan sebagai partai oposisi.

Tetapi dari semua proses itu ada yang terlewatkan dari kaca mata publik. Saat ini Taufik mempunyai kekuasaan dan wewenang penuh di PDIP, bahkan saat menjadi Mega menjadi presiden. Aneh ? Kalau menurut saya secara pribadi ini biasa-biasa saja.

Kodrat Mega adalah seorang istri dan seorang ibu. Secara etnik Mega adalah keturunan muslim suku Jawa. Kultur dan pandangan istri yang baik adalah “surgo nunut neroko katut’. Yang diartikan secara harafiah bahwa istri yang baik adalah istri yang bisa mengikuti kehendak suami dan mengabdi sepenuhnya dengan segenap jiwa dan raga. Dan menurut saya, Taufik sangat tahu keadaan ini dan bisa memaksimalkan posisinya sebagai suami sebagai pemegang kekuasaan penuh atas istrinya. Sah dan tidak salah.  Apakah ini disebut kelemahan dan kekuatan, saya tidak tahu. Tetapi membaca kasus-kasus yang pernah ada sebelumnya, hal ini  lebih banyak benarnya. Taufik melenggang kangkung dengan berbagai keputusan pribadi yang kontroversial, kader partai dan Mega tidak ada yang berani memberikan teguran atau kontroversi di media. Disadari atau tidak, Taufik selalu memanfaatkan  media untuk melancarkan aksinya. Gertakan ala media.  Taufik tahu bahwa secara culture dan etika tidak mungkin PDIP maupun Mega akan menyerang melalui media dan mengungkapkan pernyataan negatif tentang sikap dan keputusannya. Semua anggota kader akan menjaga citra PDIP, Mega menjaga citra suaminya.

Jawaban PDIP dan Mega atas banyaknya perbedaan keputusan dan pemikiran antara Mega dan Taufik sebagai pembenaran biasanya seperti ini,   begitulah  penerapan demokrasi yang sebenarnya, demokrasi di dalam keluarga, demokrasi di dalam partai. Padahal kenyataan yang terjadi,  tidak ada yang bisa mengalahkan kewenangan Taufik sebagai suami Mega, Legalnya kewenangan dan kekuasaan mutlak di atas seorang istri.

Belum lama ini terlontarkan oleh Mega, apabila Taufik mengajak makan malam bersama berarti ada hal penting yang mau disampaikan. Suami istri gitu lho? Hilangnya makna kehangatan kamar sebagai  surga keluarga yang abadi.  Surga yang bisa menjembatani semua jurang perbedaan  makna antara materi dan kekuasaan.  Surga dunia. Jika nanti PDIP mencalonkan Puan sebagai Cawapres, apakah itu keputusan partai, keputusan Mega atau pemaksaan kehendak Taufik sebagai ayah dan sebagai suami? Saya pikir alasan yang terakhir lebih pas dari semua alasan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun