Mohon tunggu...
Metik Marsiya
Metik Marsiya Mohon Tunggu... Konsultan - Menembus Batas Ruang dan Waktu

Praktisi Manajemen, Keuangan, Strategi, Alternatif dan Spiritual. Kutuliskan untuk anak-anakku, sebagai bahan pembelajaran kehidupan. ... Tidak ada yang lebih indah, saat menemani kalian bertumbuh dengan kedewasaan pemahaman kehidupan.... ................ tulisan yang selalu teriring doa untuk kalian berdua....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dongeng Spiritual Negeri, Ketika Aku Hampir Mati

6 Juni 2020   19:47 Diperbarui: 6 Juni 2020   19:39 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seketika aku langsung menyadari, bahwa ini  bukan perkara main-main, ini  menyangkut nyawa dan kesalahan tehnis dalam melakukan sesuatu. Tidak  ada yang perlu disesali, aku dengan cepat mengambil posisi bersila,  memusatkan pikiran, melihat tangan di depan dada mengambil posisi  menyembah. Kupejamkan mataku, kutata nafas dan mulai memusatkan pikiran.  Dalam sebuah konsentrasi aku mulai bisa  melihat ke dalam jiwaku. Aku  berusaha mengumpulkan kembali semua energi-energi yang pernah kusebarkan  ke negeri ini, dan tentu saja kepada orang-orang yang kukasihi,  teman-temanku, tetapi tidak anak-anakku.

Sedikit demi sedikit aku merasakan energiku kembali. Dan aku mulai bisa  melihat semua telah bergerak sesuai dengan yang aku inginkan, kembali  kepadaku, nyawaku yang telah berjalan-jalan selama ini, diriku untuk  negeri ini, diriku untuk pemimpin negeri ini. Ketulusan dan keiklasan  adalah kunci dari perjalanan.  Mengembalikan semua pada porsinya,  mengembalikan semua pada posisi yang seharusnya. Aku menutup mata atas  semua kejadian negeri ini, aku benar-benar menutup hati untuk semua  kejadian.

Aku harus menyelamatkan hidupku, menyelamatkan diriku sendiri,  dan mengembalikan kekuatanku, oh bukan mengambil lagi kehidupanku yang  sudah tersebar dan hancur berkeping-keping karena kuhancurkan dan  kusebarkan sendiri.

Akhirnya, aku tidak bisa menahan senyum atas apa  yang terjadi dalam diriku, pantes sesepuh-sesepuh itu tertawa tanpa  dapat ditahan lagi, karena melihat kelucuan, tubuhku yang tersebar di  seluruh pelosok negeri ini, dan hanya melihat leher dan dadaku bagian  atas saja yang masih hidup. Jika dipandang dengan mata bathin maka yang  bisa dilihat di diriku adalah leher dan sebagian dada saja, selebihnya  bolong-bolong dengan tubuh yang sudah terpisah-pisah dengan bentuk tak  beraturan. Hahahha, memang aku layak ditertawakan, karena memang ini  memalukan dan benar-benar konyol. Menghidupkan orang lain dengan  mematikan diri sendiri. Oh... hahaha, aku menunduk, tersenyum dalam  hati.

"Anakku, semua kejadian ini sudah berlangsung sangat lama, dan untuk  mengembalikannya juga butuh waktu yang lama, tidak bisa serta merta  terjadi. Setidak-tidaknya kamu mulai mengerti dan masih bisa hidup  sampai hari ini.  Kamu adalah anak kesayangan negeri, anak kesayangan  sesepuh, dan semua yang ada di semesta ini. Sungguh bagi kami engkau  sangat berharga, dan belum ada yang mampu menggantikannya. Kami ingin  engkau tetap melanjutkan perjalanan tugas dan kewajibanmu dengan cara  yang berbeda, supaya engkau selalu ada dan bisa tetap berjalan bersama  kami." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun