Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Makanan Lokal sebagai Tulang Punggung Makan Bergizi Gratis

6 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 6 Oktober 2025   08:38 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan lokal seperti ini jauh lebih rendah gula dan garam dibanding produk ultraolahan. Ia mengandung serat, antioksidan, dan zat gizi mikro yang sesuai dengan kebutuhan lokal. 

Lebih dari itu, ia menyatu dengan kebiasaan makan anak dan ibu hamil di tiap daerah, tidak memaksakan rasa asing, tapi merawat selera yang sudah akrab.

Harga yang Masuk Akal, Rasa yang Tak Tertandingi

Dengan anggaran MBG sekitar Rp10.000 per porsi, makanan lokal sangat mungkin masuk tanpa mengorbankan kualitas. Nasi hangat dengan sayur dan telur kampung bisa disajikan dengan biaya sekitar Rp8.000. 

Jagung bose dengan ikan goreng hanya Rp9.000. Bandingkan dengan roti isi dan susu kotak yang bisa mencapai Rp12.000, atau mi instan dan sosis yang berkisar Rp10.500-, lebih mahal, tapi lebih miskin gizi.

Pangan lokal tidak hanya lebih murah, tapi juga memperkuat ekonomi desa. Ia bisa dibeli langsung dari petani, tanpa perantara industri besar. 

Ia tidak perlu transportasi jauh, tidak tergantung pada logistik pusat. Ia tumbuh di tanah sendiri, dimasak oleh tangan sendiri, dan dinikmati oleh anak-anak sendiri.

Daya Tahan: Segar Tanpa Basi

Tantangan MBG adalah waktu masak dan distribusi. Banyak makanan dimasak dini hari dan baru disajikan siang, meningkatkan risiko kontaminasi. Namun, makanan lokal punya solusi.

Pepes ikan dan nasi jagung, misalnya, bisa bertahan 6-8 jam tanpa pendingin. Sayur lodeh dan tempe goreng bisa tetap layak konsumsi hingga 4-6 jam jika dikemas dengan baik.

Teknik pengemasan tradisional seperti daun pisang atau belanga tanah liat bukan hanya ramah lingkungan, tapi juga menjaga suhu dan kesegaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun