"Pekerjaan kami tampak rapi. Tapi di balik itu, kami tenggelam dalam kekacauan."
Kalimat itu saya dengar dari seorang manajer konten muda yang baru saja menyunting 20 artikel hasil AI. Semuanya tampak profesional, penuh istilah teknis, dan tersusun rapi.
Tapi, tak satu pun menyentuh kebutuhan audiens. Ia akhirnya menulis ulang semuanya, sendirian, di tengah malam.
Saya terdiam. Karena saya tahu, ia bukan satu-satunya.
AI: Dari Janji Produktivitas ke Realitas Kekacauan
Ketika teknologi AI generatif seperti ChatGPT dan Gemini mulai masuk ke ruang kerja, banyak yang menyambutnya dengan harapan besar.
Kita membayangkan efisiensi, kecepatan, dan otomatisasi. Tapi harapan itu pelan-pelan berubah menjadi kebingungan.
Stanford Social Media Lab dan BetterUp Labs menyebut fenomena ini sebagai workslop, yaitu pekerjaan yang tampak rapi di permukaan, tapi dangkal, tidak substansial, dan justru menyulitkan orang lain.
"Workslop bukan sekadar hasil AI, tetapi ia adalah cermin dari budaya kerja yang kehilangan arah."
Saya Menyebutnya: Kekacauan yang Dikemas Cantik