Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

WORKSLOP: Ketika AI Mengemas Kekacauan dengan Rapi

30 September 2025   08:08 Diperbarui: 30 September 2025   08:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pekerjaan kami tampak rapi. Tapi di balik itu, kami tenggelam dalam kekacauan."

Kalimat itu saya dengar dari seorang manajer konten muda yang baru saja menyunting 20 artikel hasil AI. Semuanya tampak profesional, penuh istilah teknis, dan tersusun rapi. 

Tapi, tak satu pun menyentuh kebutuhan audiens. Ia akhirnya menulis ulang semuanya, sendirian, di tengah malam.

Saya terdiam. Karena saya tahu, ia bukan satu-satunya.

AI: Dari Janji Produktivitas ke Realitas Kekacauan

Ketika teknologi AI generatif seperti ChatGPT dan Gemini mulai masuk ke ruang kerja, banyak yang menyambutnya dengan harapan besar. 

Kita membayangkan efisiensi, kecepatan, dan otomatisasi. Tapi harapan itu pelan-pelan berubah menjadi kebingungan.

Stanford Social Media Lab dan BetterUp Labs menyebut fenomena ini sebagai workslop, yaitu pekerjaan yang tampak rapi di permukaan, tapi dangkal, tidak substansial, dan justru menyulitkan orang lain.

AI & Workslop,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
AI & Workslop,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

"Workslop bukan sekadar hasil AI, tetapi ia adalah cermin dari budaya kerja yang kehilangan arah."

Saya Menyebutnya: Kekacauan yang Dikemas Cantik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun