Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Diella, Sosok AI yang Menjadi Menteri di Albania; Mungkinkah Terjadi di Indonesia?

19 September 2025   21:17 Diperbarui: 19 September 2025   21:17 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diella & Dilemma, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Pada suatu pagi yang tak biasa di Tirana, Albania, Perdana Menteri Edi Rama berdiri di hadapan sidang Partai Sosialis dan memperkenalkan anggota kabinet barunya. 

Di antara nama-nama menteri manusia, muncul satu sosok yang tak memiliki tubuh, tak punya rekening bank, dan tak bisa disuap: Diella, entitas kecerdasan buatan (AI) yang ditunjuk sebagai Menteri Pengadaan Publik.

Diella, yang berarti "matahari" dalam bahasa Albania, bukan sekadar algoritma. Ia adalah simbol perlawanan terhadap korupsi yang telah lama mengakar. 

Rama menyebutnya sebagai "menteri yang tak bisa berbohong, tak bisa berkolusi, dan tak punya kepentingan pribadi." Diella hadir sebagai harapan baru, atau mungkin sebagai cermin dari kegagalan lama.

Diella dan Dunia yang Bertanya

Langkah Albania ini mengguncang dunia. Diella menyampaikan pidato perdananya melalui video, menyatakan:

"Bahaya nyata bagi konstitusi bukanlah mesin, melainkan keputusan tidak manusiawi dari mereka yang berkuasa."

Pernyataan itu bukan hanya pembelaan terhadap eksistensinya, tapi juga sindiran tajam terhadap elit politik manusia. Namun, sejarah AI tidak selalu bersih. 

Dalam kasus hukum Mata v. Avianca di Amerika Serikat, seorang pengacara menggunakan AI untuk riset hukum dan mengutip kasus-kasus yang ternyata tidak pernah ada. Ini disebut "halusinasi AI", ketika mesin menciptakan fakta palsu yang tampak sahih.

Jika AI bisa mengarang kutipan hukum, mungkinkah ia juga salah menilai tender publik? Dan jika itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab?

Indonesia: Di Mana Korupsi Bukan Lagi Rahasia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun