Diella bukan jawaban. Ia adalah pertanyaan. Ia memantulkan kegagalan manusia menjaga integritas, dan sekaligus mengundang kita untuk membayangkan ulang masa depan kepemimpinan.
Bayangkan kabinet Indonesia di mana menteri AI berdiri di tengah ruang sidang, dikelilingi oleh manusia yang tersenyum palsu. Bayangkan rakyat yang tetap antre bansos, sementara algoritma sibuk menilai efisiensi.
Teknologi bisa membantu kita melihat lebih jernih, tapi tidak bisa menggantikan keberanian moral.Â
Diella bisa menilai tender, tapi tidak bisa merasakan ketidakadilan. Ia bisa menolak suap, tapi tidak bisa menangis saat rakyat kelaparan.
Penutup: Apakah Kita Siap?
Jika Indonesia ingin meniru Albania, maka yang harus ditiru bukan hanya teknologinya, tapi keberanian politiknya.Â
Dan sebelum kita menyerahkan kekuasaan kepada mesin, kita harus terlebih dahulu memperbaiki manusia yang memegangnya.
Karena pada akhirnya, keadilan bukan soal algoritma. Ia adalah soal hati.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI