Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Diella, Sosok AI yang Menjadi Menteri di Albania; Mungkinkah Terjadi di Indonesia?

19 September 2025   21:17 Diperbarui: 19 September 2025   21:17 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diella & Dilemma, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Di Indonesia, daftar menteri yang terjerat korupsi bukanlah hal baru. Dari Mensos hingga Menkominfo, praktik suap dan manipulasi proyek publik telah menjadi bagian dari lanskap birokrasi. 

Bahkan dalam tahun politik, skandal korupsi justru meningkat, menunjukkan bahwa sistem hukum kita lebih sering memilih siapa yang ditindak daripada menegakkan keadilan.

Dalam konteks ini, gagasan menteri AI seperti Diella bisa tampak sebagai harapan baru. 

Bayangkan: menteri yang tidak bisa disuap, tidak punya afiliasi politik, dan hanya bekerja berdasarkan data. Namun, realitasnya jauh lebih rumit.

Mungkinkah Negara Lain Meniru Albania?

Kemungkinan negara lain meniru langkah Albania sangat bergantung pada konteks politik, budaya, dan tingkat kepercayaan publik terhadap teknologi. Mari kita telaah:

1. Negara dengan Ambisi Teknokratis Tinggi

Uni Emirat Arab, Singapura, atau Korea Selatan mungkin tertarik menjadikan AI sebagai "penasihat kebijakan" atau "direktur digital," meski belum tentu dalam bentuk jabatan menteri.

Mereka cenderung menggunakan AI sebagai decision support, bukan decision maker.

2. Negara dengan Krisis Kepercayaan terhadap Elit Politik

Di negara-negara yang mengalami kelelahan publik terhadap korupsi dan elitisme, seperti beberapa negara di Amerika Latin atau Afrika, penunjukan AI bisa menjadi simbol "netralitas" dan "transparansi", meski tetap kontroversial secara konstitusional.

Diella bisa menjadi inspirasi, tapi juga pemicu debat tentang legitimasi dan tanggung jawab.

3. Negara dengan Tradisi Demokrasi Kuat

Di negara seperti Jerman, Kanada, atau Jepang, adopsi AI sebagai menteri kemungkinan besar akan ditolak karena bertentangan dengan prinsip representasi manusia dan akuntabilitas publik.

Di sana, AI lebih mungkin digunakan sebagai alat audit atau analisis kebijakan, bukan sebagai pejabat publik.

Hambatan Konstitusional dan Etis

  • Konstitusi banyak negara mensyaratkan pejabat publik adalah warga negara manusia.  
  • AI tidak memiliki kehendak, tanggung jawab hukum, atau kapasitas moral.  
  • Risiko manipulasi algoritma dan bias sistemik tetap tinggi.

Diella sebagai Cermin, Bukan Solusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun