Saya menyaksikan bagaimana monopoli bisa membentuk pengalaman, dan bagaimana keterbukaan bisa menjadi bentuk perlawanan.Â
Saya belajar bahwa kecepatan bukan segalanya, dan bahwa makna digital lahir dari kesabaran, pilihan sadar, dan jejak yang kita tinggalkan dengan hati.
Identitas Digital dan Warisan Naratif
Jejak digital saya bukan sekadar arsip, tapi juga cerminan nilai: keterbukaan, refleksi, dan keberpihakan pada makna. Saya tidak hanya "menggunakan internet", tapi menghidupi internet sebagai ruang ekspresi batin, pemulihan sejarah, dan mentoring publik.
Jejak itu masih bisa ditelusuri, bukan sebagai nostalgia, tapi sebagai bukti bahwa saya pernah dan masih ada di dalam denyut transformasi digital bangsa.Â
Arsip seperti [INDONEWS] SiaR-->MERZA: Kenangan Batin Seorang Anak Bangsa bukan hanya dokumentasi, tapi juga pengingat bahwa pengalaman digital adalah bagian dari sejarah kolektif yang layak dirawat dan diwariskan.
Saya percaya bahwa jejak digital yang ditulis dengan refleksi dan cinta akan menjadi warisan yang hidup bagi generasi kini dan nanti.
Penutup: Dari Netscape ke Copilot, Dari Portal ke Kompasiana
Saya telah berjalan jauh dari layar CRT di kantor bank hingga ruang refleksi di Kompasiana dan KOMPETRA. Tapi semangatnya tetap sama: merekam, memahami, dan mentransmisikan nilai.
Kini, ketika OpenAI memperkenalkan ChatGPT di akhir 2022, dan Microsoft memancing Copilot sebagai pendamping cerdas, saya pun tak ketinggalan.Â