Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Kompasiana: Rumah yang Ingin Kita Rawat Bersama (Respon Berita Angin Kebangkrutan Kompasiana)

15 September 2025   20:28 Diperbarui: 15 September 2025   20:39 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Pak Dhimas Raditya Lustiono, seorang ayah dua anak, menulis di tengah malam demi harapan mendapat K-Rewards untuk membeli susu dan bensin. "Saya memulai menulis di jam 10 malam, kadang selesai lebih dari jam 12... semoga Admin Kompasiana benar-benar memberikan respon yang baik." Ini bukan sekadar literasi, ini perjuangan hidup.

- Bu Berliana Nurhaliza Kusumah menyampaikan dengan jernih, "Tanda-tanda Kompasiana mau bangkrut adalah makin sedikitnya Kompasianer yang dapat Gopay dan sering telat kirimnya... lihat saja yang dulu sering nulis sekarang sudah tidak ada." Sebuah refleksi tentang hilangnya semangat karena sistem yang tak lagi berpihak.

- Pak Doktor Amidi menulis dengan pilu, "Jika benar Kompasiana bangkrut... kita berharap ada suntikan dana dari petinggi yang masih ada hati." Beliau tetap menyempatkan menulis, karena cinta tak mengenal lelah.

- OmJay (DR. Wijaya Kusumah) mengajak, "Mari belajar dari Kang Pepih Nugraha dan Bang Isjet dalam mengelola Kompasiana." Sebuah seruan untuk kembali pada nilai-nilai awal: kejujuran, keberpihakan, dan komunikasi terbuka.

- Pak Wahid Azar mengingatkan, "Dari Kompasiana inilah kami belajar dan punya semangat untuk menulis... literasi yang kuat tidak mempermasalahkan keahlian dan bidang apa." Kompasiana adalah ruang inklusif, bukan ruang eksklusif.

- Engkong Felix Tani menyindir dengan jenaka, "Kompasianer itu senasib mitra ojol sebenarnya, tetap setia walau tekor." Sebuah humor yang menyimpan kebenaran pahit.

Menyambut Revamp dan Harapan Baru

Pak Nurulloh juga menyampaikan bahwa Kompasiana sedang menjalani proses revamp menyeluruh, dari UI/UX hingga pengelolaan komunitas dan konten. 

Kami menyambut rencana ini dengan semangat, dan berharap agar perbaikan ini tidak hanya teknis, tapi juga etis dan komunikatif.

Namun harapan kami sebagai komunitas penulis tetap jelas:

- Komunikasi yang Jujur dan Terbuka  

Kompasianer bukan sekadar pengguna, melainkan mitra strategis. Maka komunikasi harus dibangun dengan kejujuran, bukan sekadar notifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun