Membaca Ulang Makna di Tengah Kabut Digital
Pada suatu pagi yang biasa, sebuah video TikTok muncul di layar ponsel jutaan orang. Seorang perempuan berdiri di podium, diapit oleh bendera Merah Putih Republik Indonesia dan bendera berlogo Tut Wuri Handayani yang seolah menjadi saksi bisu.Â
Teks besar menyatakan:
"Hari ini, Pemerintah Amerika Serikat memutuskan hubungan pendidikan dengan NKRI."
Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar potongan video. Ini adalah dentuman. Seperti sirene yang membangunkan trauma kolektif akan pemutusan, pengasingan, dan hilangnya harapan.Â
Namun seperti banyak narasi yang viral di era digital, makna tidak selalu ikut naik panggung.
Membaca Ulang Konteks: Siapa yang Bicara dan Dalam Kapasitas Apa?
Tokoh dalam video tersebut adalah Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Ia bukan pejabat pemerintah Amerika Serikat.Â
Sebagai ilmuwan diaspora yang kembali ke tanah air setelah berkarier di Swarthmore College dan Tsinghua University, Stella kini menjadi salah satu arsitek reformasi pendidikan tinggi Indonesia.
Dalam video itu, ia berbicara dalam kapasitas resmi sebagai wakil pemerintah Indonesia, kemungkinan besar dalam forum reflektif atau evaluatif.Â
Namun, teks overlay yang menyatakan "pemutusan hubungan" adalah interpretasi yang tidak akurat, dan berpotensi menyesatkan publik.