Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Podium Digital yang Salah Arah

8 September 2025   11:53 Diperbarui: 8 September 2025   11:53 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Membaca Ulang Makna di Tengah Kabut Digital

Pada suatu pagi yang biasa, sebuah video TikTok muncul di layar ponsel jutaan orang. Seorang perempuan berdiri di podium, diapit oleh bendera Merah Putih Republik Indonesia dan bendera berlogo Tut Wuri Handayani yang seolah menjadi saksi bisu. 

Teks besar menyatakan:

"Hari ini, Pemerintah Amerika Serikat memutuskan hubungan pendidikan dengan NKRI."

Bagi sebagian orang, ini bukan sekadar potongan video. Ini adalah dentuman. Seperti sirene yang membangunkan trauma kolektif akan pemutusan, pengasingan, dan hilangnya harapan. 

Namun seperti banyak narasi yang viral di era digital, makna tidak selalu ikut naik panggung.

Membaca Ulang Konteks: Siapa yang Bicara dan Dalam Kapasitas Apa?

Tokoh dalam video tersebut adalah Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia. Ia bukan pejabat pemerintah Amerika Serikat. 

Sebagai ilmuwan diaspora yang kembali ke tanah air setelah berkarier di Swarthmore College dan Tsinghua University, Stella kini menjadi salah satu arsitek reformasi pendidikan tinggi Indonesia.

Dalam video itu, ia berbicara dalam kapasitas resmi sebagai wakil pemerintah Indonesia, kemungkinan besar dalam forum reflektif atau evaluatif. 

Namun, teks overlay yang menyatakan "pemutusan hubungan" adalah interpretasi yang tidak akurat, dan berpotensi menyesatkan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun