Bayangkan seorang dosen di Makassar yang baru saja menjalin kerja sama riset dengan mitra Amerika, lalu ragu melanjutkan. Â
Bayangkan seorang ibu yang menabung untuk anaknya belajar di luar negeri, lalu merasa usahanya sia-sia.
Distorsi semacam ini bukan hanya soal informasi yang salah, tapi ia merusak ekosistem harapan dan kolaborasi.
Narasi Pemulihan: Dari Klarifikasi ke Restorasi Makna
Artikel sederhana yang saya tulis ini bukan sekadar membantah hoaks, tapi sebagai ajakan untuk:
- Membaca ulang makna di balik visual. Â
- Memulihkan kepercayaan publik terhadap pendidikan tinggi. Â
- Menghidupkan kembali harapan yang nyaris padam oleh kabut digital.
Kita perlu membangun budaya baru: budaya verifikasi, refleksi, dan empati digital. Â
Bukan hanya dengan membantah, tetapi dengan menghidupkan kembali martabat makna.
Penutup: Ketika Kebenaran Tak Viral, Kita Harus Menuliskannya
Di era di mana podium bisa dipalsukan dan suara bisa dimanipulasi, kita harus menjadi penjaga makna. Â
Bukan sekadar mengoreksi, tetapi menghidupkan kembali harapan yang nyaris dipadamkan oleh kebohongan visual.
Karena dalam dunia yang penuh ilusi, kejujuran bukan hanya keberanian, ia adalah bentuk tertinggi dari cinta pada masyarakat.