Agustus yang Kontras: Ketika Mesin Produksi Bangkit, Suara Rakyat Menggelegar
Agustus 2025 mencatat lonjakan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia ke angka 51,5. Setelah empat bulan berturut-turut berada di zona kontraksi, angka ini menandakan ekspansi.Â
Pelaku industri menyambutnya dengan optimisme. Pemerintah menyebutnya sebagai bukti ketahanan ekonomi nasional.Â
Tapi di jalanan, sejak 25 Agustus, ribuan rakyat turun membawa 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang. Mereka tidak bicara angka. Mereka bicara keadilan.
PMI boleh naik. Tapi kepercayaan publik sedang diuji. Dan ekonomi yang tumbuh tanpa legitimasi sosial adalah ekonomi yang rapuh.
PMI Manufaktur: Denyut Industri yang Tak Menyentuh Semua Lapisan
PMI adalah indikator aktivitas manufaktur. Angka di atas 50 menandakan ekspansi. Pada Agustus, Indonesia mencatat:
- PMI Manufaktur: 51,5 ekspansi setelah 4 bulan kontraksi Â
- Pesanan ekspor tumbuh tercepat dalam 23 bulan Â
- Peningkatan perekrutan tenaga kerja Â
- Optimisme bisnis tertinggi sejak awal tahun Â
Namun, PMI hanya mencerminkan persepsi pelaku industri besar. Ia tidak menangkap suara pekerja informal, petani, nelayan, atau ibu rumah tangga yang bergulat dengan harga pangan dan ketimpangan.Â
Di balik angka yang tampak menjanjikan, ada lapisan masyarakat yang tidak merasakan denyut pemulihan.
17+8 Tuntutan Rakyat: Koreksi Moral terhadap Narasi Ekonomi
Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat bukan sekadar demonstrasi. Ia adalah koreksi terhadap narasi ekonomi yang terlalu teknokratis.Â