Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Peringatan Pendiri AI Google; Gelar Dokter dan Pengacara Akan Sia-sia

23 Agustus 2025   09:20 Diperbarui: 23 Agustus 2025   09:20 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman SH & Magister Manajemen Pembangunan mensurpevisi para Dokter, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Kita butuh sistem yang melatih manusia utuh yang bisa berpikir kritis, merasakan dalam, dan bertindak bijak. Bukan hanya profesional yang efisien, tapi warga yang reflektif. Bukan hanya pencari kerja, tapi pencipta makna.

Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan

Tentu, transformasi ini tidak mudah. Banyak guru di pelosok belum terlatih teknologi. Banyak siswa di daerah terpencil kesulitan mengakses pembelajaran daring. Banyak sekolah masih berdiri tanpa laboratorium, tanpa internet, bahkan tanpa ruang yang layak.

Di kota-kota besar pun, anak-anak dari keluarga miskin harus bekerja sambilan demi bisa tetap sekolah. Kurikulum masih terlalu padat, terlalu teknis, dan terlalu jauh dari kenyataan hidup.

Ini bukan sekadar masalah teknis. Ini adalah soal keadilan, visi, dan keberanian untuk mendesain ulang masa depan.

Pendidikan yang Menyeimbangkan Teknologi dan Kebijaksanaan

Bisakah kita merancang kurikulum yang menyeimbangkan antara kompetensi teknis dan kebijaksanaan sosial?

Bayangkan sebuah sistem pendidikan di mana anak-anak belajar literasi AI dan analisis data, tapi juga diajak memahami sejarah lokal, spiritualitas, dan etika publik. 

Di mana metode belajar tidak hanya berupa ujian, tapi proyek lintas disiplin, mentoring, dan simulasi kehidupan nyata. Di mana penilaian tidak hanya angka, tapi portofolio, refleksi naratif, dan kontribusi sosial.

Pendidikan bukan hanya tentang "siap kerja", tapi tentang "siap hidup".

Epilog: Dari Gelar ke Jejak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun