Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ketika MTV Gagal Mendengar Musik Indie Menjawab

19 Agustus 2025   09:19 Diperbarui: 19 Agustus 2025   09:19 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Platform musik online telah menggantikan MTV,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Saya masih ingat betul masa-masa ketika MTV adalah jendela dunia. Di ruang tamu rumah, layar televisi menyala terang, menampilkan video musik dari rockstar global yang terasa begitu jauh namun akrab. 

Dari Nirvana hingga Britney Spears, dari Linkin Park hingga Destiny's Child---semuanya hadir dalam satu saluran yang membuat saya, dan jutaan anak muda lainnya, merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar. 

MTV bukan sekadar hiburan; ia adalah identitas, gaya hidup, bahkan semacam pelarian dari rutinitas.

Di Jakarta, di Bintaro, di Tanah Kusir, MTV menjadi teman sore dan malam. Kadang saya menonton sambil mencatat lirik, kadang hanya terdiam, membiarkan visual dan suara membentuk imajinasi. MTV menjual mimpi, dan saya membelinya dengan penuh gairah.

Namun waktu berjalan. MTV tetap mengudara, tapi saya sudah berpindah layar. Kini, saya lebih sering menonton video musik di YouTube, menemukan lagu baru lewat TikTok, atau mendengarkan playlist personal di Spotify. 

Musik tak lagi datang dari label besar, tapi dari kamar tidur sempit di pinggiran kota, dari suara minoritas yang dulu tak terdengar. Dunia telah berganti panggung, dan saya ikut berpindah.

MTV, meski masih hidup secara teknis, terasa seperti rockstar tua yang tak sadar bahwa panggungnya telah kosong. Ia tetap menjual "cool" versi Barat, saat dunia sudah beralih ke "real" versi lokal. 

Generasi sekarang tidak lagi mencari ikon global, mereka mencari cermin. Mereka ingin mendengar lagu dalam bahasa ibu, melihat wajah yang mirip mereka, dan merasakan keresahan yang mereka alami. MTV gagal memberi ruang untuk itu.

Di tengah kehampaan itu, saya menemukan musisi indie lokal yang membawa suara baru. Mereka tidak menunggu panggilan label. Mereka menciptakan panggung sendiri. 

Efek Rumah Kaca menyuarakan keresahan sosial dan politik. Hindia menulis tentang mental health dan identitas. Fourtwnty mengajak kita masuk ke zona nyaman yang kontemplatif. The Panturas menghidupkan kembali surf-rock dengan gaya retro dan jenaka. 

Mereka tidak sekadar membuat musik. Mereka membangun komunitas, menyembuhkan luka, dan menantang norma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun