Di tengah lanskap bisnis Indonesia yang terus bergeser, satu nama lama muncul dengan wajah baru: Grup Djarum. Dulu dikenal sebagai raksasa rokok, kini mereka hadir di meja makan, rak susu, dan layar ponsel masyarakat melalui strategi "Consumable".
Transformasi ini bukan sekadar strategi bisnis---ia adalah narasi baru tentang konsumsi, reputasi, dan keintiman korporasi dengan publik.
Apa Itu Strategi "Consumable"?
Strategi "consumable" adalah pendekatan bisnis yang berfokus pada produk-produk yang dikonsumsi secara rutin, emosional, dan lintas generasi---seperti makanan, minuman, dan kebutuhan harian.Â
Produk-produk ini bukan hanya dibeli, tetapi dihidupi oleh masyarakat. Mereka hadir dalam ritual keluarga, dalam nostalgia masa kecil, dan dalam kebiasaan sehari-hari yang membentuk identitas sosial.
Grup Djarum menggunakan strategi ini untuk membangun intimasi konsumsi---hadir bukan sebagai merek yang menjual, tetapi sebagai bagian dari kehidupan. Dari kopi tubruk hingga mie legendaris, mereka menyentuh ruang-ruang afektif yang sebelumnya jauh dari dunia rokok.
Langkah-Langkah Transformasi: Dari Tembakau ke Tubuh
Melalui entitas seperti Savoria Group, Djarum mulai menanamkan jejak di sektor fast moving consumer goods (FMCG). Produk seperti kopi tubruk Gadjah, susu Milklife, dan makanan ringan Krizzi menjadi pintu masuk ke dapur dan ritual harian masyarakat.Â
Akuisisi Bakmi GM, merek mie legendaris yang telah menjadi bagian dari memori urban Indonesia, memperkuat posisi mereka sebagai penyedia rasa harian.
Namun transformasi ini bukan hanya soal produk. Djarum juga menguasai infrastruktur digital dan finansial: dari Bank Central Asia (BCA), Blibli, Tiket.com, hingga ribuan menara telekomunikasi lewat Protelindo.Â
Mereka membangun ekosistem konsumsi yang menyatu dengan ritme hidup masyarakat---fisik dan digital, harian dan emosional.
Penebusan atau Penguasaan? Dua Wajah Narasi Korporasi