Bendera asli kini disimpan di Gedung Sekretariat Presiden, Jakarta Pusat, dalam ruang khusus berpendingin dan pengamanan ketat.Â
Ia tidak lagi dikibarkan, tapi tetap menjadi simbol sakral yang hanya dikeluarkan untuk keperluan tertentu.
Melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 003/M/2015, tertanggal 9 Januari 2015, bendera ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nama resmi Cagar Budaya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih.Â
Bendera Pusaka disimpan dalam vitrin trapesium dari flexi glass, dijaga pada suhu sekitar 22,7C dan kelembapan 62%. Bagian atasnya dilapisi kertas bebas asam, dibungkus dengan kertas singkong berkualitas tinggi, dan diikat dengan pita merah putih sebagai simbol kehormatan.
Menurut arsip Sekretariat Negara, bendera pusaka dijahit dari kain katun biasa, bukan bahan khusus. Panjangnya sekitar 276 cm dan lebarnya 200 cm. Jahitan tangan Fatmawati masih terlihat jelas, menjadi bukti bahwa kemerdekaan dijahit dengan tangan rakyat, bukan mesin negara.
Data yang Terlupakan
Dalam survei nasional tentang pengetahuan sejarah (Litbang Kompas, 2022), hanya 38% responden yang tahu bahwa bendera pusaka dijahit oleh Fatmawati. Lebih dari 60% mengira bendera itu dibuat oleh institusi atau pabrik.Â
Kondisi ini menunjukkan betapa narasi domestik dan peran perempuan masih terpinggirkan dalam ingatan kolektif bangsa.
Museum dan kurikulum sejarah kita cenderung menampilkan tokoh-tokoh laki-laki, pidato-pidato besar, dan peristiwa-peristiwa formal. Padahal, kemerdekaan lahir dari ruang-ruang kecil, dari tangan-tangan yang tak disebut dalam buku sejarah.
Jahitan sebagai Metafora Bangsa
Mesin jahit Fatmawati mengajarkan kita bahwa membangun bangsa adalah proses menjahit: Â
- Benang merah adalah keberanian. Â
- Benang putih adalah kejujuran. Â
- Kain adalah rakyat. Â
- Jahitan adalah ikatan sosial yang menyatukan perbedaan.
Jika jahitan longgar, bangsa mudah robek. Jika benang tidak kuat, bendera tidak berkibar. Maka tugas kita hari ini bukan hanya mengenang, tapi menjahit ulang ikatan kebangsaan yang mulai renggang.