Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jahitan Sunyi Kemerdekaan; Ibu Fatmawati dan Bendera Pusaka

17 Agustus 2025   06:08 Diperbarui: 17 Agustus 2025   20:27 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Fatmawati Soekarno di Bengkulu, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Bendera asli kini disimpan di Gedung Sekretariat Presiden, Jakarta Pusat, dalam ruang khusus berpendingin dan pengamanan ketat. 

Ia tidak lagi dikibarkan, tapi tetap menjadi simbol sakral yang hanya dikeluarkan untuk keperluan tertentu.

Melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 003/M/2015, tertanggal 9 Januari 2015, bendera ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nama resmi Cagar Budaya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. 

Bendera Pusaka disimpan dalam vitrin trapesium dari flexi glass, dijaga pada suhu sekitar 22,7C dan kelembapan 62%. Bagian atasnya dilapisi kertas bebas asam, dibungkus dengan kertas singkong berkualitas tinggi, dan diikat dengan pita merah putih sebagai simbol kehormatan.

Menurut arsip Sekretariat Negara, bendera pusaka dijahit dari kain katun biasa, bukan bahan khusus. Panjangnya sekitar 276 cm dan lebarnya 200 cm. Jahitan tangan Fatmawati masih terlihat jelas, menjadi bukti bahwa kemerdekaan dijahit dengan tangan rakyat, bukan mesin negara.

Data yang Terlupakan

Dalam survei nasional tentang pengetahuan sejarah (Litbang Kompas, 2022), hanya 38% responden yang tahu bahwa bendera pusaka dijahit oleh Fatmawati. Lebih dari 60% mengira bendera itu dibuat oleh institusi atau pabrik. 

Kondisi ini menunjukkan betapa narasi domestik dan peran perempuan masih terpinggirkan dalam ingatan kolektif bangsa.

Museum dan kurikulum sejarah kita cenderung menampilkan tokoh-tokoh laki-laki, pidato-pidato besar, dan peristiwa-peristiwa formal. Padahal, kemerdekaan lahir dari ruang-ruang kecil, dari tangan-tangan yang tak disebut dalam buku sejarah.

Jahitan sebagai Metafora Bangsa

Mesin jahit Fatmawati mengajarkan kita bahwa membangun bangsa adalah proses menjahit:  

  • Benang merah adalah keberanian.  
  • Benang putih adalah kejujuran.  
  • Kain adalah rakyat.  
  • Jahitan adalah ikatan sosial yang menyatukan perbedaan.

Jika jahitan longgar, bangsa mudah robek. Jika benang tidak kuat, bendera tidak berkibar. Maka tugas kita hari ini bukan hanya mengenang, tapi menjahit ulang ikatan kebangsaan yang mulai renggang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun