Awal Sebuah Era
Tahun 1985 adalah tahun yang tak terlupakan dalam hidup kami. Dunia sedang berubah, teknologi perlahan merayap masuk ke dalam ruang-ruang kehidupan sehari-hari, dan kami---mahasiswa dari Indonesia---tengah menikmati liburan semester yang berkesan bersama keluarga besar. Tujuannya tidak biasa: Tsukuba Expo 1985, Pameran Sains dan Teknologi Internasional yang digelar di Kota Sains Tsukuba, Jepang, dari tanggal 17 Maret hingga 16 September.
Expo ini memiliki tema futuristik yang pada saat itu terasa seperti mimpi: "Dwellings and Surroundings -- Science and Technology for Man at Home", atau "Tempat Tinggal dan Lingkungan Sekitar -- Sains dan Teknologi untuk Manusia di Rumah".Â
Sebuah visi besar tentang bagaimana sains akan mengubah kehidupan manusia di rumah dan sekitarnya.
Tentang Expo Tsukuba 1985
Expo Tsukuba 1985 bukanlah sekadar pameran biasa. Ia adalah simbol optimisme dunia terhadap sains dan teknologi. Lebih dari 47 negara dan 37 organisasi internasional ikut serta. Paviliun-paviliunnya menampilkan teknologi mutakhir saat itu---kereta maglev, rumah masa depan, hingga robot humanoid yang memainkan keyboard.
Bahkan paviliun Amerika Serikat secara khusus mengangkat tema kecerdasan buatan (AI= Artificial Intelligence)---sebuah konsep yang masih terasa asing bagi masyarakat umum pada waktu itu, tapi kini justru menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita.
Lokasi pameran, Kota Tsukuba, adalah kota riset yang sengaja dibangun pemerintah Jepang untuk mengembangkan teknologi dan sains. Setelah Expo, kota ini berkembang pesat dan kini menjadi salah satu pusat riset paling terkemuka di Jepang.
Kisah Kunjungan Bersama Keluarga Besar
Kami mengunjungi Expo ini bersama keluarga besar: para orang tua yang berasal dari Nagari Limokaum Batusangkar dan para sepupu yang rata-rata sudah kuliah yang lahir dan besar di rantau orang. Perjalanan ini menjadi momen lintas generasi yang penuh makna.Â
Di tengah riuhnya dunia teknologi, kami menemukan cara untuk saling belajar dan memahami perkembangan zaman.
Setiap paviliun yang kami kunjungi memunculkan decak kagum. Kami tak hanya mengagumi, tapi berdiskusi, bertanya, bahkan berdebat di sela antrean panjang. Orang tua kami pun larut dalam antusiasme, meskipun tidak semua dari mereka terbiasa dengan istilah-istilah teknologi. Namun satu hal yang menyatukan kami: rasa takjub dan kesadaran bahwa dunia sedang berubah.
Kami menyaksikan robot memainkan keyboard dengan akurat. Kami naik simulator rumah masa depan yang dikendalikan komputer. Kami melihat konsep kota cerdas dan komunikasi digital yang tampak mustahil diwujudkan dalam waktu dekat. Tetapi semuanya nyata di sana, di Tsukuba.
Kami tertawa, kagum, dan diam dalam perenungan yang sama: inilah masa depan yang sedang dibangun di hadapan kami.