Selingkuh sering terjadi bukan semata karena niat jahat, tapi karena kekosongan batin, kurangnya kontrol diri, atau rasa kurang puas yang tidak dikomunikasikan.
Pelaku harus bercermin: mengapa saya khianati orang yang mencintaiku?
"Orang yang cerdas adalah orang yang mau menghisab dirinya sebelum dihisab."
(HR. Tirmidzi)
Tanpa kejujuran reflektif, pengulangan hanya tinggal menunggu kesempatan.
2. Pengampunan dari Korban (Jika Mampu)
Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi melepaskan beban luka dari hati.
Korban pun butuh waktu, ruang, dan dukungan. Tidak semua mampu memaafkan --- dan itu bukan kelemahan, melainkan proses yang sangat manusiawi.
"Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah."
(QS. Asy-Syura: 40)
3. Pemulihan Bersama
Sebuah hubungan tidak akan sembuh jika hanya satu pihak yang berjuang. Pemulihan harus menjadi proyek spiritual berdua: membangun kembali kepercayaan, memperbaiki komunikasi, dan menghadirkan kembali nilai-nilai ilahi dalam rumah tangga.
Menjaga Diri Sebelum Terluka
Alih-alih mengobati, mencegah adalah jalan terbaik. Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya."
(HR. Tirmidzi)
Maka, jadilah pasangan yang menghormati kehadiran pasangan kita.
Jangan bermain-main dengan godaan kecil. Jangan biarkan chat mesra yang hanya candaan tumbuh jadi api yang membakar semuanya.
Penutup: Kesetiaan Itu Mahal, Tapi Menenangkan
Benarkah selingkuh tidak bisa diobati?
Jawabannya: bisa --- tapi tidak semua luka bisa sembuh tanpa bekas, dan tidak semua pasangan siap melalui proses panjangnya. Maka, jauh lebih baik menjaga daripada mengobati.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!