Pasif yang Tak Pernah Benar-Benar Pasif
Di era media sosial yang dijejali visual gaya hidup bebas finansial---sering dibumbui dengan caption seperti "uang tetap mengalir meski kamu tidur"---bayangan tentang passive income seolah menjadi oase yang menjanjikan ketenangan.Â
Namun, seperti banyak impian yang dijual terlalu murah di internet, kenyataannya jarang seindah yang dikisahkan.
Sebut saja Aji, seorang kawan yang sukses membeli dua rumah kontrakan dari bonus kerjanya. Di usianya yang menjelang 40, ia membayangkan hidup tenang dari arus uang sewa.Â
Namun, alih-alih hidup damai, ia justru disibukkan dengan somasi dari tetangga soal kebisingan, biaya perbaikan atap bocor, hingga drama penyewa yang kabur tanpa jejak.
Lain cerita dari Nara, pegawai milenial yang mulai menabung dalam bentuk saham dividen dan reksa dana pendapatan tetap sejak 2019. Di awal, investasinya tampak menjanjikan. Dividen rutin mengalir, cukup untuk membayar cicilan kendaraan dan langganan aplikasi streaming.Â
Namun saat pasar terguncang akibat krisis global, nilai asetnya merosot, dividen dipotong, dan mimpi uang bekerja sendiri berubah menjadi kecemasan yang diam-diam menggerogoti.
Kisah Aji dan Nara adalah cermin dari ribuan cerita serupa.Â
Mereka bukan korban kesalahan, melainkan korban ekspektasi yang dibentuk oleh narasi setengah matang: bahwa passive income adalah jalan pintas menuju kebebasan.
Di Balik Mantra: Mitos Tentang "Pasif"
Dalam banyak seminar dan unggahan motivasi, passive income kerap disebut sebagai "jembatan emas" menuju kebebasan finansial. Tapi sejauh mana pasif itu benar-benar pasif?
Menurut Harvard Business Review (2023), hanya sekitar 20% dari skema passive income yang benar-benar minim intervensi setelah tahap awal. Sisanya? Menuntut modal besar, waktu, keterampilan teknis, dan yang paling penting---strategi jangka panjang.
Bahkan seorang penulis buku best-seller pun harus terus memperbarui kanal distribusi, menjaga relevansi personal branding, dan memahami algoritma pemasaran digital. Dalam dunia nyata, passive income ternyata tak pernah benar-benar bebas dari kerja.