Mengapa Saya Jarang Menulis Artikel Bersponsor, dan Akhirnya Saya Salah Langkah
Saya bukan penulis yang alergi terhadap artikel bersponsor. Namun, sejak awal menulis di Kompasiana dan berbagai platform lain, saya menetapkan satu prinsip: jaga integritas dan jangan mudah tergoda imbalan sesaat.Â
Karena bagi saya, nilai sebuah tulisan bukan hanya pada jumlah klik atau besar kompensasi, tapi pada jejak makna dan kepercayaan pembaca yang saya bangun selama bertahun-tahun.
Namun suatu waktu, saya melangkah keluar dari prinsip itu. Saya menerima tawaran menulis artikel bersponsor dari Admin Kompasiana, sebuah ajakan menulis tentang program CSR.
Awalnya, saya melihat ini sebagai sebuah kontribusi positif---mengangkat program kemasyarakatan yang katanya membantu pengentasan stunting di wilayah operasional perusahaan.Â
Namun tak lama berselang setelah artikel tayang, ketika banyak berita di media nasional dan internasional mulai mencuat tentang kemungkinan bangkrutnya perusahaan induk perusahaan tersebut.
Apakah tulisan saya telah menjadi bagian dari narasi indah yang menutupi luka ekologis?
Apakah saya sedang---secara tak sadar---membantu membungkus ketimpangan dengan kemasan CSR yang manis di permukaan?
Jawaban jujur saya adalah: mungkin, ya.
Dan inilah pelajaran paling berharga dari semuanya: jangan pernah menukar nama baik dan netralitas dengan kompensasi sesaat. Uang dari artikel itu tidak besar. Tapi ketika reputasi dan prinsip saya ikut tergerus, rasanya jauh lebih mahal dari nilai nominalnya.
Saya tidak bisa menghapus artikel itu karena bersifat locked---artikel sponsor resmi. Tapi saya bisa, setidaknya, merekam penyesalan saya di sini, sebagai bagian dari pertanggungjawaban moral kepada diri sendiri dan kepada pembaca yang saya hormati.
Saya belajar, bahwa integritas seorang penulis dibangun bukan dalam satu malam, tapi bisa runtuh hanya dengan satu artikel yang salah arah.Â
Bukan berarti saya akan menutup diri selamanya dari konten bermitra atau bersponsor, tapi ke depan saya akan lebih berhati-hati, kritis, dan berpikir panjang sebelum menulis apapun yang membawa nama perusahaan, apalagi yang bergerak di sektor industri ekstraktif.