Bertahan dari Guncangan Hidup: Kisah Cinta dan Keteguhan Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina
Di antara riuh rendah kisah sukses yang sering kali dimulai dari kemewahan atau pendidikan tinggi, kisah pasangan Apak Tjiptadinata dan Mande Roselina adalah mozaik kehidupan yang langka dan layak dijadikan teladan.Â
Sebuah perjalanan panjang yang bukan hanya menyoal bangkit dari keterpurukan, tapi juga tentang mencintai kehidupan meski diimpit ketidakpastian.
Masa Sulit di Tanah Kongsi, Padang
Lebih dari enam dekade lalu, mereka hidup di sebuah kedai sempit di Pasar Tanah Kongsi, Padang. Kamar tempat mereka beristirahat ditemani tikus, kecoa, bahkan lipan dan kodok. Kasur usang menjadi alas lelah mereka; tempat tidur bukan ruang untuk memulihkan tenaga, melainkan tempat untuk bertahan hidup.Â
Sarapan pagi adalah kemewahan yang terlalu jauh dari genggaman. Sebongkah ubi rebus, itulah santapan mereka di pagi hari.
Jam tiga subuh, Mande Roselina harus sudah melangkah ke stasiun kereta api untuk membeli karambia (kelapa) di Pariaman. Sambil menahan kantuk dan lapar, beliau mengayunkan langkah demi mengisi perut keluarga dan mempertahankan keberlangsungan hidup.Â
Sementara Apak Tjiptadinata berjuang di medan yang sama kerasnya, berjualan dan membangun sedikit demi sedikit kehidupan dari titik nadir.
Keteguhan yang Tidak Tergantikan
Dari pengalaman hidup yang keras, mereka belajar bahwa meratapi nasib tak akan mengubah keadaan. Maka, mereka memilih untuk tidak hanya bertahan, tetapi bangkit perlahan, merangkak menantang kenyataan, dan berjuang mengubah takdir.
Apak tumbuh dalam kemiskinan yang menggigit. Dua adiknya wafat saat masih bayi karena keluarga tak mampu membiayai pengobatan. Sang ayah, yang hanya seorang kusir bendi, berjibaku menghidupi keluarga di tengah segala keterbatasan.Â
Bertanggung jawab atas adik-adiknya sejak kecil, Apak Tjipta  tak pernah menjadikan masa lalu sebagai beban. Ia menjadikannya sebagai bara semangat.