Emiten pengelola restoran cepat saji KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), saat ini sedang menjalani salah satu periode paling menantang dalam sejarahnya.Â
Tahun 2024 menjadi tahun yang berat, diwarnai oleh tekanan kinerja, penurunan pendapatan, aksi boikot, hingga keputusan pahit untuk menutup puluhan gerai.
Manajemen FAST dalam keterbukaan informasi mengungkapkan bahwa meskipun tantangan membesar, mereka tetap berkomitmen untuk melanjutkan operasional dan memenuhi kewajiban usahanya secara normal.Â
Langkah konkrit yang diambil adalah melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD/private placement) senilai Rp 80 miliar. Private placement ini akan dilakukan melalui penerbitan 533,33 juta saham baru dengan harga Rp 150 per saham.
Dana hasil aksi korporasi tersebut akan digunakan untuk modal kerja, memperkuat struktur keuangan, dan mendukung berbagai rencana perbaikan operasional perusahaan.
Investor yang akan berpartisipasi dalam private placement ini adalah PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). Namun, perlu dicatat bahwa aksi korporasi ini akan menyebabkan dilusi sebesar 11,79% bagi pemegang saham yang tidak ikut berpartisipasi.
Luka Lama, Luka Baru
Tahun 2024 bukan sekadar tahun sulit, melainkan juga tahun berdarah bagi FAST. Emiten ini membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 796,71 miliar, melonjak 91,67 persen dibandingkan rugi tahun sebelumnya sebesar Rp 415,64 miliar.
Pendapatan pun merosot tajam. Sepanjang 2024, FAST mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,87 triliun, turun 17,84 persen dari sebelumnya Rp 5,93 triliun.
Penurunan terjadi di hampir semua lini.
- Pendapatan dari makanan dan minuman turun menjadi Rp 4,85 triliun dari Rp 5,9 triliun.
- Komisi atas penjualan konsinyasi turun menjadi Rp 19,57 miliar dari Rp 24 miliar.
- Pendapatan dari jasa layanan antar juga turun dari Rp 2,73 miliar menjadi Rp 1,91 miliar.
- Setelah dikurangi potongan penjualan, pendapatan bersih tercatat Rp 4,87 triliun.
- Laba kotor turun drastis menjadi Rp 2,84 triliun dari Rp 3,66 triliun pada tahun sebelumnya.
- Di sisi neraca, total aset FAST per akhir 2024 tercatat Rp 3,52 triliun, menurun dari Rp 3,91 triliun.
- Liabilitas meningkat dari Rp 3,18 triliun menjadi Rp 3,4 triliun, sedangkan ekuitas tergerus jauh menjadi hanya Rp 127,73 miliar dari Rp 723,87 miliar tahun sebelumnya.
- Kas dan setara kas juga terkuras, hanya tersisa Rp 64,82 miliar dari posisi Rp 208,85 miliar di tahun sebelumnya.
Tekanan ini diperparah oleh langkah strategis yang terpaksa diambil FAST:
menutup 47 gerai KFC di berbagai daerah dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 2.700 karyawan.
Belum cukup sampai di situ, sentimen negatif terhadap brand KFC Indonesia juga menguat, dipicu oleh aksi boikot konsumen yang kian meluas. Akibatnya, beban operasional tidak sebanding dengan pemasukan yang terus tertekan.
Suntikan Modal, Suntikan Harapan