Mohon tunggu...
mery dwi
mery dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

saya mery dwi jayanti saya mempunyai hobi membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying

25 Juni 2022   16:00 Diperbarui: 25 Juni 2022   16:02 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mungkin kata “Bullying” tidak terdengar asing bagi kita bukan ? mungkin hal itu terjadi pada orang orang terdekat kita atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri? Atau tanpa kita ketahui diri kita sendirilah yang mungkin menjadi pelaku pembullian itu sendiri ntah dari perkataan ataupun tindakan yang kita lakukan terhadap seseorang?. Entah kita yang tutup mata dan telinga terhadap perlakuan bullying disekitar kita untuk tidak menjadi target selanjutnya? Lalu kenapa ada orang orang yang bisa membully orang lain?

 Tidak ada orang yang senang dan menganggap bullying merupakan pengalaman yang mengesankan buat siapapun entah itu dengan dipukul, dipermalukan, diejek, ataupun dikucilkan hal itu akan menjadi dampak negatif pada korban yang dapat berakibat buruk kepada mental seseorang, menjadi depresi, kecemasan, ketidaknyamanan kepada orang sekitar, kurang percaya diri dan menghindar dari lingkungan sosial. Luka mental yang korban dapatkan akan membekas dalam waktu yang cukup lama hingga benar benar meruska mental dirinya yang bahkan tidak hanya bisa sembuh dengan ucapan maaf saja. 

Apalagi dizaman sekarang di era digital bullying semakin banyak dan menjadi jadi entah itu disekolah maupun diluar. Bullying juga tidak memandang gender dan umur, bukan hanya yang muda tapi ke siapapun juga akan terjadi. Bullying tidak dapat di normalisasikan sebagai hal yang biasa saja apapun alasannya lalu berlindung dibalik kata “bercanda doang kan kita teman, dia aja yang baperan” hingga menjadi biasa yang berakhir membuat orang lain merasa tersakiti dan terluka. Siapapun berpotensi menjadi pelaku dan korban bullying, oleh karena itu kita harus berhati hati dalam perkataan ataupun tindakan kepada seseorang. Karena tanpa kita ketahui sebuah luka akan akan timbul dan tidak akan sembuh begitu saja.

Berat bagi mereka untuk menata langkah meskipun sesuatu hal menanti untuk mereka lalui, rasa takut yang terus bermunculan pada pikiran mereka tentang seberat dan sesakit apalagi yang akan mereka alami hari ini. Ujaran kebencian dan hinaan yang ingin dilupakan akan terus bergema dalam pikiran mereka. Kata kata semangat untuk diri bahkan sudah tidak berguna lagi. Saat pikiran tentang “kapan semua ini akan berakhir” berubah menjadi “kenapa tidak aku yang berakhir”. 

Banyak kasus bunuh diri anak remaja yang disebabkan oleh bullying. Kebanyakan korban bullying takut terlalu terbuka dan menceritakan kesusahannya kepada orang lain, mungkin hilangnya kepercayaan kepada seseorang entah itu teman ataupun keluarga. Memendam dan menutupi rasa sakit yang mereka alami sendiri.

Bentuk bentuk tindakan bullying yang munkin tanpa sadar kita melakukan : 

  • Bullying secara sosial : tindakan bullying ini yaitu menyebarkan rumor yang kebenarannya belum pasti dan mengajak untuk menjauhi seseorang 
  • Bullying secara fisik : tindakan Bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban seperti halnya memukul, menendang, hingga merusak barang. 
  • Cyber Bullying : tindakan ullying dengan memberikan komentar yang kasar, mengancam, hingga menyakiti dengan kata kata yang ditulis di internet ataupun media sosial semisal instagram, fb, maupun tiktok 
  • Bullying secara verbal : tindakan bullying yang tidak melibatkan kontak fisik dan tak kasat mata,namun dampaknya pada hati atau perasaan seperti diejek, hingga diteror

Masih ada orang yang beranggapan bullying hanya perihal tentang kekerasaan secara fisik seperti memukul, menendang, dll. Akan tetapi penggunaan kata untuk membuat seseorangg berada dalam tekanan seperti halnya menghina fisik juga merupakan bentuk bullying verbal. Bullying verbal yang langsung menyerang psikologis seseorang yang bahkan bisa lebih fatal dibandingkan bullying dalam bentuk fisik. Bullying dalam bentuk fisik akan cepat kita ketahui dari tanda tanda atau bekas yang ditimbulkan dari kekerasan, sedangkan bullying verbal dengan kata kata menyakitkan meninggalkan luka emosional yang dalam dan tidak terlihat. 

Dari sebuah pepatah “lidah lebih tajam dari pada pedang”, seseorang akan dengan mudah menyakiti dan merusak mental dan hati seorang hanya dengan sebuah lidah dari kata kata yang ia lontarkan. Ucapan yang sudah terlontarkan tidak dapat ditarik kembali dan menibulkan luka yang tidak terlihat mata. 

Untuk korban bullying itu semua bukan salahmu, kalian tidak pantas diperlakukan seperti, jangan berpikir kau buruk dan merasa bersalah. Teruslah bersemangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun