Mohon tunggu...
Andayo Ahdar Notes
Andayo Ahdar Notes Mohon Tunggu... Freelancer - menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

membaca dan menulis, semuanya penting. tuk menatap peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Kaki Budaya Indonesia yang Terlupakan

14 Oktober 2022   09:58 Diperbarui: 14 Oktober 2022   10:15 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnews.com/regional/2017/01/20/kaki-kaki-suci-baduy-kompas-tv-berjalan-kaki-sepanjang-hidup

Udara pagi yang segar pertanda hari barulah dimulai hiruk pikuk aktivitas manusia setelah shalat fajar sebelum pagi menjelang. Seperti halnya para petani yang mempersiapkan paginya untuk menuju 'kantor' atau tempat kerjanya. Sejak dahulu, sebelum peralatan mutakhir hadir menggantikan aktifitas manusia dalam bercocok tanam. Berjalan kaki dari rumah menuju sawah dan kebun. Jalan yang terjal, berliku dan menanjak adalah rutinitas harian yang harus dilakoninya. Mereka tertempa oleh alam dan lingkungannya. Maka terbiasalah mereka dengan jalan kaki yang efeknya menjadikan tubuh bugar dan sehat.

Jalan kaki, budaya turun menurun bangsa Indonesia yang hidup dalam lingkup agraris yang dinamis dikala itu. Turun ke sawah dan ladang bertelanjang kaki dibawah terik mentari yang membakar kulit-kulit eksotik petani. Itu berlangsung dalam kurun ratusan tahun lamanya yang kini terkikis oleh waktu. Budaya jalan kaki mulai tergantikan dengan transportasi yang memudahkan manusia untuk sampai pada tujuannya. Ternyata perubahan itu sungguh drastis setelah serbuan teknologi masuk ke Indonesia. Volume kendaraan yang melimpah ruah dengan berbagai varian model kian menambah manusia untuk malas berjalan kaki.  Padahal budaya jalan kaki merupakan budaya bangsa Indonesia sejak dahulu kala.  Dan penuturan dari orang tua kita, pada saat mereka menempuh pendidikan harus berjalan kaki hingga menyeberangi sungai sekalipun. Bagi mereka itu hal yang sangat biasa.

Jalan kaki memiliki keutamaan-keutamaan. Keutamaan secara spritual, sosial dan jasmaniah. Secara spritual khususnya umat Islam diajarkan untuk banyak berjalan kaki, terutama saat ingin melaksanakan shalat. Shalat menuju masjid dengan berjalan kaki, hal ini diperkuat dengan hadist tentang keutamaan berjalan kaki menuju masjid.

"Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya, yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat." (HR. Muslim )

Hadist tersebut diatas mengandung hikmah yang dalam tentang keutamaan berjalan kaki berisi motivasi untuk selali beribadah ke masjid dengan jaminan. Dosanya dihapuskan dan derajatnya ditinggikan. Dan untuk manfaatnya bagi kesehatan tentunya teramat banyak. Diantaranya tubuh bugar dan sehat, menenangkan pikiran, menambah kekuatan otot dan jantung dan sebagai terapi terhadap beberapa penyakit yang menghinggapi tubuh. 

Orang Indonesia seharusnya banyak berjalan kaki. Berjalan kaki menapaki jejak historis bangsanya sebagai pejalan kaki  sebagai bangsa agraris dan juga bangsa pelaut ulung seperti pada sebahagian  bangsa Indonesia yaitu Bugis, Makassar dan Mandar. 

Kebiasaan berjalan kaki budaya yang mulai dilupakan orang meski dalam kesehariannya tetap berjalan kaki. Dan beberapa fenomena menarik namun hanya ada dibeberapa daerah di Indonesia.khususnya Papua. Ini mungkin hanya sekedar pengamatan dari beberapa orang yang sering mengamati mahasiswa Papua yang melaksanakan studi di Makassar. Kebiasaan mereka berjalan bersama  dengan jarak tempuh yang jauh. Berkumpul dalam suatu rombongan lalu jalan bersama. Beragam pendapat mengenai hal ini, misalnya. Mereka melakukan itu sebagai bentuk penghematan atas biaya transportasi yang cukup mahal, mereka adalah perantau yang saling menjaga satu sama lain, ketakutan dicurigai sebagai OPM. itulah komentar atau pendapat atas keberadaan mereka. Namun ternyata tidaklah demikian,  seperti penuturan seorang kawan yang lahir hingga remaja di Papua. Beliau menuturkan bahwa "kebiasaan orang papua jalan bersama, memang merupakan tradisi mereka sebagai bentuk kebersamaan dan ikatan kekerabatan mereka. Pada suku bangsa lain di Indonesia, ini adalah hal yang langka.

Ruang untuk pejalan kaki di Indonesia sangatlah minim dan bahkan trotoar jalan dan  atau pedestrian yang diperuntukkan untuk pejalan kaki sering kali digunakan oleh pengguna kendaraan. Dan faktor lainnya. Kurangnya kesadaran akan pentingnya berjalan kaki. Gaya hidup manusia Indonesia pada masa kini lebih memilih berkendara daripada berjalan kaki. Dan miris, jalan kaki dipandang hal yang minor karena mereka menghubungkannya dengan tingkat status sosial seseorang.padahal sejatinya dengan banyak berjalan kaki, interaksi sosial bisa lebih intens dan dinamis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun