Di dunia maya, sering muncul anggapan miring bahwa rata-rata IQ orang Indonesia hanya sekitar 80, bahkan ada yang dengan sinis menyamakannya dengan IQ monyet.
Klaim seperti ini jelas tidak adil, sebab kenyataannya orang Indonesia terbukti memiliki kecerdasan, kreativitas, dan daya saing yang tinggi.
Bukan sekali dua kali putra-putri bangsa ini menorehkan prestasi dunia: juara olimpiade matematika, fisika, biologi, lomba robotik, hingga karya seni dan musik yang diakui internasional.
Jika benar rata-rata IQ kita serendah itu, bagaimana mungkin anak-anak bangsa bisa meraih penghargaan di ajang bergengsi semacam Olimpiade Sains Internasional atau kontes robot dunia?
Stereotip semacam itu lahir bukan karena bangsa kita kurang cerdas, melainkan karena sistem pendidikan dan ekosistem kreativitas belum sepenuhnya mampu menyalurkan potensi anak-anak muda Indonesia.
Kita memiliki sumber daya manusia yang luar biasa besar, lebih dari 280 juta penduduk, namun belum semua diberi kesempatan untuk mengasah daya pikir dan kreativitas mereka.
Oleh karena itu, tantangan terbesar kita bukan membuktikan bahwa orang Indonesia pintar, melainkan menciptakan lebih banyak ruang bagi kecerdasan itu untuk tampil, berkembang, dan berkontribusi.
Di sinilah peran penting pemerintah dan pihak swasta untuk bersinergi. Pemerintah membutuhkan generasi yang cerdas demi kemajuan bangsa, sementara swasta memerlukan talenta kreatif demi keberlanjutan usaha dan inovasi.
Menciptakan Ekosistem Kreativitas dan Kepintaran
Agar talenta bangsa benar-benar tersalurkan, kita bisa merancang berbagai kegiatan yang memancing kreativitas sekaligus kepintaran masyarakat. Tidak sekadar lomba seremonial, melainkan ajang yang berhadiah tinggi dan memberikan manfaat langsung bagi penyelenggara maupun peserta. Berikut beberapa gagasan yang bisa digarap bersama oleh pemerintah dan swasta: